Sejarah komik di Indonesia

Sejarah komik di Indonesia sangat lah panjang, tidak dapat terlepas dari peninggalan budaya seperti candi dan cerita wayang yang merupakan cikal bakal komik di Indonesia. Candi Borobudur yang memiliki sebelas seri bas relief dan mencakup sekitar 1460 adegan. Adegan demi adegan merupakan sebuah kronologi yang menggambarkan sebuah kisah cerita di masa lalu. Relief-relief yang tersusun secara berurutan dan membentuk sebuah cerita pada candi merupakan prinsip dasar yang digunakan komik komik pada umumnya di masa sekarang, sehingga Borobudur dapat dikatakan sebagai cikal bakal komik di Indonesia

Selain candi Borobudur, contoh lain yang dapat menguatkan fakta bahwa cikal bakal komik Indonesia adalah keberadaan wayang beber. Dalam sejarah pembuatan cerita wayang, wayang beber merupakan cerita wayang yang digambarkan diatas kertas atau kain. Dalam wayang beber, gambar-gambar (lukisan menggunakan cat) yang di panel dalam setiap adegan dan saling berurutan dan bertujuan untuk memberikan informasi (Maharsi, 2011:39). Persamaan antara peninggalan candi dan lukisan wayang dengan komik adalah sama sama menggunakan media visual gambar sebagai sumber informasi walau tanpa menggunakan teks (Candi dan Wayang biasanya tertulis dalam bentuk kitab). Perbedaan komik saat ini dengan relief candi adalah pada media yang digunakan, seperti candi Borobudur atau candi lainnya menggunakan media batu yang dipahat, sedangkan wayang beber menggunakan kertas atau daun kering. Namun memiliki tujuan dan fungsi yang sama, yaitu menceritakan sebuah informasi, yang disunting adegan per adegan dengan gambar.

Pengaruh komik di Indonesia mendapat pengaruh Barat dan Cina pada tahun 1931-1954 melalui surat kabar. Di barat seperti Amerika, komik dilahirkan dan dibesarkan oleh media massa. Pada saat itu, harian berbahasa Belanda, De Java Bode (1938), memuat komik karya Clinge Doorebos yang berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak-anak. Kemudian, De Orient merupakan surat kabar mingguan yang pertamakali memuat komik Flash Gordon (Bonnef, 1998:19). Pengaruh Cina juga masuk melalui surat kabar Sin Po yang merupakan media massa Cina peranakan yang menggunakan bahasa melayu menampilkan komik strip humor karangan Kho Wang Gie. Setelah Kemerdekaan Indonesia, masyarakat mulai banyak mengenal tokoh-tokoh komik strip popular dari Amerika seperti Rip Kirby (Alex Raymond), Phantom (Wilson Mc Coy), Jonny Hazard (Frank Robbins) dan lainnya. Komik strip mingguan tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk buku yang merupakan komik buku pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh Gapura dan Keng Po di Jakarta serta Perfectas di Malang.

Berlanjut ke bagian tiga: http://dkv.binus.ac.id/2015/10/06/karya-sastra-bergambar-bagian-tiga/