Pertunjukan Lukis Alexa Meade

Alexa Meade merupakan nama baru dalam dunia lukis namun memiliki potensi yang besar, dalam waktu singkat ia telah melakukan eksibisi dan menjadi pembicara dalam skala internasional. Karya – karyanya bermain dalam tema persepsi dan ilusi visual yang memberi dimensi baru dalam dunia lukis. ‘Pertunjukan lukis’ Alexa Meade berhasil membawa kebaruan pada genre lukisan potrait, Karya – karyanya merupakan penggabungan seni instalasi, pertunjukan, lukis dan fotografi dimana keseluruhan proses pembuatan menjadi inti dari karya – karyanya.

 Alexa Meade tidak menggunakan kanvas seperti pada umumnya sebuah lukisan. Dalam lukisan – lukisannya, sang objek juga sekaligus berperan sebagai kanvas. Kanvasnya merupakan objek 3 dimensi di dalam lingkungan real.

Dengan sapuan kuas-nya, ia menciptakan layer baru pada sang objek, memberikan perspektif baru pada sang objek. Tidak seperti living statue/mime artist ataupun body painting, Alexa Meade tidak berusaha mengubah sang manusia menjadi objek patung, tidak sekedar merubah warna untuk meniru material tertentu, ataupun sekedar menempelkan dekorasi. Alexa Meade menciptakan layer tiruan dari karakteristik objek yang ditutupinya tanpa menghilangkan informasi 3 dimensi dari objek tersebut. Dengan gaya ekspresionis ia menambahkan terang/gelap, refleksi dan bayangan membangun volume dari sang objek seperti pada umumnya melukiskan objek pada kanvas biasa atau pada permukaan yang datar.

Proses ini dilakukan secara cepat, dengan mempertimbangkan stamina sang model. Biasanya Alexa Meade mulai melukis dari wajah, kemudian berlanjut ke bagian – bagian lainnya. Untuk properti seperti pakaian, latar belakang ataupun objek pendukung lainnya sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mempercepat proses penciptaan.

Setelah puas dengan hasil lukisan pada modelnya , ia mulai membuat scene untuk sesi pemotretannya. Sang objek utama (model), benda – benda pendukung dan latar belakang diatur dalam layout yang dikehendaki. Selayaknya foto sesi pada umumnya sang model diminta untuk melakukan beberapa alternatif pose. Sering kali keseluruhan proses ini dilakukan di hadapan publik sebagai sebuah performance dan hasil foto pilihannya merupakan produk akhir dari seni Alexa Meade.

Karya seni Alexa Meade merupakan pertemuan antara seni lukis, fotografi, pertunjukan dan instalasi. Karyanya merupakan sebuah rangkaian proses yang terbatas oleh waktu yang kemudian diabadikan dalam media fotografi. Alexa Meade tidak hanya seorang pelukis, tetapi juga seorang performer dan fotografer.

Dengan menyaksikan proses penciptaan karya Alexa Meade secara menyeluruh, kita mendapat pengalaman yang lengkap dalam menikmati dan memahami karya – karyanya. Dengan sapuan kuasnya Alexa Meade mengubah objeknya dengan secara perlahan menjadi sesuatu yang kita interpretasikan berbeda dari objek yang kita kenali sebelumnya. Kita menyaksikan pergeseran persepsi dari objek yang real (3 dimensi) menjadi objek artifisial (2 dimensi) tepat di depan mata kita secara spontan tanpa bisa kita tolak. Sensasi tersebut juga terjadi sebaliknya ketika keseluruhan proses melukis telah selesai dan yang tersisa adalah pertunjukan dari sang objek seperti yang dilakukan mime artist, dimana apa yang kita anggap sebagai objek 2 dimensi (benda mati), tiba – tiba hidup, bergerak menjadi objek yang real. Karya – karya Alexa Meade membuat otak kita dibuat terus menerus bekerja untuk mendefinisikan dua persepsi yang bertolak belakang yang terjadi secara bersamaan. Karya – karyanya mengaburkan batas antara realitas dan artifisial yang membuat kita terpesona, seperti melihat ilusi pada pertunjukan sulap.

Pada tahap performance Alexa Meade memberi ruang pada para pemirsanya menciptakan versinya sendiri dari karya tersebut. Dimana tidak seperti lukisan pada umumnya yang hanya memperlihatkan satu sudut lihat yang fixed, Karya Alexa Meade dapat dinikmati dari berbagai sudut lihat yang berbeda yang menciptakan scene yang berbeda pula, ditambah dengan perubahan posisi dan pose yang dilakukan oleh objek utamanya. Setiap detik karyanya mengalami perubahan, karyanya merupakan kanvas hidup yang setiap moment-nya tidak pernah sama.

Foto merupakan cara Alexa Meade untuk merangkum dan mengabadikan moment tersebut. Foto menjadi alat story telling sekaligus memperkuat permainan persepsi yang ingin disampaikan oleh Alexa Meade. Media Foto dimanfaatkan untuk memperkuat ilusi persepsi dengan mempertegas atau mengaburkan batas antara realita dan artifisial yang terjadi. Terkadang Alexa Meade memperjelas kekaburan persepsi dengan memposisikan objek utamanya pada lingkungan yang real, seperti pada karya Transit, dengan menfoto sang objek di tengah keramaian kereta bawah tanah dengan menyisakan sedikit petunjuk yang memperlihatkan identitas asli dari objek, membiarkan mata atau rambut tidak tersentuh oleh cat.

Foto – foto yang dihasilkan dilakukan tanpa melalui proses post production. Tanpa penggunaan software post production atau image proccesing, Alexa Meade menjaga keaslian dan kejujuran dari ilusi yang telah dibuat. Setiap Proyek diabadikan dalam dua sampai tiga foto, tidak lebih untuk menjaga nilai dan ke-eksklusifan karya.

Karya – karya lukis radikal pernah muncul beberapa kali dalam sejarah seni lukis barat. Pada masanya masing – masing karya lukis ini membawa pemikiran dan warna baru dalam dunia lukis. Dari penggunaan kanvas yang tidak konvensional serta proses melukis yang tidak biasa. Seperti karya lukis Yves Klein yang menggunakan tubuh wanita telanjang sebagai kuas, dimana keseluruhan proses dibuat pertunjukan lengkap dengan iringan musik orkestra atau Karya lukis Jackson Pollock yang melukis tanpa kuas, namun dengan teknik ‘dripping’. Dalam sejarah seni lukis Indonesia, kita kenal pula pelukis Affandi yang melukis dengan jari. Karya – karya Alexa Meade bisa dibilang berhasil meneruskan tradisi pemikiran – pemikiran radikal ini.

Dalam karyanya, Alexa Meade membawa bentuk – bentuk berkesenian yang sudah kita kenal, body painting dan living statue, mengolah dan mengubahnya ke tingkat yang berbeda. Alexa melukis representasi sang objek pada permukaan objek itu sendiri , membuat lapisan ilusi optik, ‘mengubah objek 3 dimensi menjadi 2 dimensi dalam lingkungan 3 dimensi yang direkam dalam media 2 dimensi’. Pergantian antar dimensi yang terjadi, ternyata memberikan hasil yang sangat menarik.

 

4
Foto dokumentasi saat Alexa Meade mengerjakan karya Transfixed (2011). Pada foto dikiri dapat terlihat properti payung dan bangku pantai juga diukis untuk memperkuat ilusi. Sumber gambar: www.flickr.com

 

5
dari kiri ke kanan: Transit (2009) Transfixed (2011) memperlihatkan kejanggalan persepsi yang terjadi ketika objek utama diposisikan pada lingkungan yang real. Dengan membawa objek utamanya ke lingkungan publik, Alexa Meade menguji ilusi shading, terang/gelap dengan pencahayaan yang tidak dapat dikontrol. sumber gambar: www.flickr.com

 

 

 







Jonata Witabora