Peluang Mobile Application Sebagai Salah Satu Penggerak Ekonomi Kreatif Indonesia

mobile_apps2Penggunaan perangkat mobile device semakin populer. Mobile device semakin dilengkapi dengan teknologi hardware dan software yang mumpuni untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di perangkat desktop. Pekerjaan yang dulu dilakukan di depan komputer desktop kini bisa dilakukan dimana dan kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Kultur dinamis dan praktis yang ditawarkan oleh mobile device diprediksi akan menguasai perkembangan industri dunia ICT (information and communication tehcnology).

Software menjadi salah satu ujung tombak keberhasilan mobile device. Penciptaan program aplikasi merupakan terobosan penting dalam perkembangan mobile device, ia membuka jalan bagi pemanfaatan maksimal dari kultur dinamis dan praktis yang ditawarkan oleh mobile device. Mobile application menjadi bidang dengan potensi besar dalam industri ICT.

Riset Com Score (2012) menyatakan pengguna mobile device lebih banyak menggunakan aplikasi (51.1%) dibandingkan melakukan aktifitas web browsing (49.8%) pada perangkat mobile-nya. Dari riset Gartner didapat bahwa kegiatan mengunduh aplikasi secara global mencapai angka 102,062 milyar dan diprediksikan akan terus meningkat secara signifikan. Berdasarkan laporan analis, industri pengembangan aplikasi telah menyumbangkan revenue €10 Billion per tahun dan membuka 529,000 lapangan pekerjaan di 28 negara Uni Eropa.

Mobile App Store Downloads, Worldwide, 2010-2016 (Millions of Downloads)

2012 2013 2014 2015 2016 mobile_apps22017
Free Downloads 57,331 92,876 127,704 167,054 211,313 253,914
Paid-for Downloads 6,654 9,186 11,105 12,574 13,488 14,778
Total Downloads 63,985 102,062 138,809 179,628 224,801 268,692
Free Downloads % 89.6 91.0 92.0 93.0 94.0 94.5

sumber: Gartner (September 2013) 

‘Booming’ industri aplikasi dipengaruhi pertumbuhan user yang semakin banyak, yang menuntut semakin banyak ragam aplikasi, sehingga mendorong semakin banyaknya pula pengembang aplikasi. Di Indonesia sendiri, harga smartphone semakin murah sehingga jumlah pengguna mobile terus bertambah. Penetrasi pengguna aplikasi smartphone Indonesiatercatat sebesar 59% (International Telecommunication Union, November 2012), dengan tingkat pertumbuhan penetrasi internet yang signifikan. Dalam tempo 6 tahun antara 2004-2009 misalnya, pengguna internet meningkat 167%.

Pertumbuhan pasar mobile Indonesia juga sangat pesat, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi pasar mobile terbesar ketiga di Asia setelah China dan India. Frost & Sullivan memprediksikan mobile internet akan menjadi ‘penyelamat’ industri telekomunikasi Indonesia. “Mobile internet akan tetap menjadi pendorong tingginya penetrasi internet di Indonesia dan menciptakan sumber-sumber pendapatan potensial bagi para pelaku industri telekomunikasi dengan berpartisipasi dalam tren “mobile monetization” ( Dev Yusmanda, Head of Consulting ICT Practice, Indonesia, Frost & Sullivan).

Dalam mengantisipasi hal ini Pemerintah juga telah mencanangkan program “Indonesia connected” (2012), “Indonesia Broadband”(2016) dan “Indonesia Digital” (2018) yang diharapkan mampu menfasilitasi kebutuhan industri ICT baik bagi pengembang maupun konsumen.

Hadirnya industri ‘application store’ yang saat ini dikuasai oleh Googleplay (Google) dan Appstore (Apple) membuka pintu peluang bagi para pengembang aplikasi Indonesia. Berdasarkan data tahun 2013 sebanyak 40 miliar aplikasi diunduh dari Appstore dengan potensi pasar di 155 negara dan 50 miliar aplikasi di Googleplay dengan pontensi pasar 129 negara (aplikasi berbayar). Belum terhitung ‘application store’ dari Windows dan Blackberry.

ABI Research mencatat pada tahun 2011 ada 29 miliar aplikasi mobile diunduh di smartphone secara global. Bayangkan jika pengembang Indonesia dapat mengambil 0,5% (sekitar 145 juta unduhan) dan satu kali unduhan sekitar Rp.1000, hal ini bisa menghasilkan 145 Milyar rupiah (www.inaicta.web.id).

Bagi industri pengembangan aplikasi Indonesia ini peluang besar, sebuah celah untuk bersaing secara internasional dan mendorong tumbuhnya enterpreneuer-enterpreneur muda. Berikut contoh aplikasi oleh pengembang Indonesia yang telah meraih sukses di pasar aplikasi:

Indonesia Flight, yang didirikan oleh Marcella Einsteins dan Yoppy Nelwanto di tahun 2012 merupakan aplikasi ticketing dengan data 6 maskapai penerbangan Indonesia. Saat ini telah menghasilkan revenue $400,000 tiap bulannya.

Icon Pop Quiz, yang dibuat oleh Alegrium merupakan aplikasi permainan yang telah meraih sukses di Appstore dan GooglePlay. Permainan sederhana menebak gambar ini telah diunduh sebanyak 11 juta lebih dengan pengunduh dari berbagai negara. Aplikasi ini membuktikan bahwa pengembang aplikasi Indonesia memiliki potensi besar dengan kualitas global.

“Apps” kini telah menjadi sebuah trend yang mendunia. Kehadiran apps telah mempengaruhi cara kita menjalankan kehidupan sehari-hari. Dari belanja, berpergian dan kebiasaan sosial. Perubahan, yang jika dicermati dan ditangani dengan tepat dapat menjadi peluang besar dalam pengembangan dunia ekonomi kreatif indonesia.

Masa depan industri pengembang aplikasi menjanjikan. Potensi ekspansi pasar yang luas dan tingkat penetrasi smartphone dan internet kita yang terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur pendukung yang telah dicanangkan pemerintah, memastikan Indonesia siap dan mampu membangun ekonomi kreatif dari industri ini.

Dunia aplikasi masih belum tereksplor semuanya. Aplikasi dengan lokal konten dan pendukung kebudayaan dan pariwisata (peta wisata misalnya) masih belum dijajaki dengan maksimal. Hal ini merupakan tantangan dan peluang yang perlu kita tanggapi. Industri pengembang aplikasi merupakan sinergi antara desain (terutama desain grafis), layanan komputer & piranti lunak dan permainan interaktif. Tiga pilar pendukung wacana ekonomi kreatif Indonesia. Dengan kesiapan konten dan infrastruktur pendukung, secara bertahap mampu menaikan ranking Indonesia dalam peringkat ekonomi digital dan ekonomi kreatif.