Pecinan Glodok Sebagai Bagian Dari Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta Dalam Kajian Semiotik Bagian 3
Glodok Sebagai Tempat Bersejarah
Pecinan Glodok termasuk dalam zona inti dari Rencana Induk Kota Tua dengan karakter yang mengarah pada kegiatan’ apresiasi masa lampau’ dan ‘memori kolektif pada masa lampau’ (UPK Kota Tua Jakarta, 2007). Hal ini menyatakan bahwa nilai sejarah kawasan tersebut juga harus menjadi perhatian penting bagi pengembangan Wisata Kota Tua di Pecinan Glodok. Maka visi kawasan sebagai ‘Wisata Belanja Tematik Pecinan’ harus diperkuat dengan pembuatan tanda-tanda yang mengenang peristiwa-peristiwa bersejarah di kawasan tersebut, dan upaya ini belum terlihat.
Kawasan Glodok memiliki dua peristiwa sejarah penting, pertama adalah pembantaian masal masyarakat Tionghoa pada tahun 1740 yang mengakibatkan Glodok menjadi gettho dan yang kedua adalah Tragedi Kerusuhan Mei 1998 yang meluluh lantahkan kawasan Glodok.
Di sepanjang Jalan Pintu Besar Selatan, terlihat deretan bangunan rusak akibat peristiwa Mei 1998 yang dibiarkan begitu saja. Bangunan-bangunan tersebut menjadi penanda, sebuah petunjuk akan suatu kejadian tragedi, namun hanya sekedar saksi bisu, tidak seperti Tugu Peringatan Bom Bali atau Monumen Lubang Buaya yang sengaja dibuat untuk ‘mengukuhkan’ memori kita akan tragedi penting tersebut. Penanda-penanda itu ada namun sebagai penanda ia tidak menggiring kita pada pemaknaan akan sejarah kawasan tersebut. Sangat disayangkan jika hal ini tidak menjadi buah pemikiran.
Jejak-jejak kejadian Mei 1998 masih banyak bisa terlihat. Ruko yang terbengkalai, rumah dengan jeruji dan kawat berduri serta gerbang besi masuk kawasan perumahan yang menjulang tinggi masih berdiri dan berfungsi, sebuah gerbang yang memiliki asosiasi lebih dekat dengan tragedi kerusuhan dibanding gambaran gerbang masuk kawasan Pecinan.
Peristiwa Mei 1998 merupakan isu sensitif, dan masih dalam proses hukum yang belum tuntas hingga sekarang. Tentunya tidak berarti hal itu bisa dilupakan begitu saja. Peristiwa Mei 1998 merupakan pembelajaran penting dalam sejarah hitam bangsa Indonesia, karena itu sebuah penanda akan peristiwa tersebut menjadi penting. Harusnya hal ini menjadi pemikirian dalam pengembangan kawasan Wisata Budaya Pecinan Glodok. Disengaja atau tidak, sejarah Glodok pada masa Gettho dan sejarah Glodok dalam tragedi kerusuhan Mei 1998 tidak ditampilkan selama ini. Hal ini tentu saja suatu kemunduran bagi kemajuan bangsa.
Kesimpulan
Representasi Kawasan Pecinan Glodok sebagai bagian dari Kawasan Cagar Budaya dan Wisata Kota Tua merupakan tugas berat yang masih harus diselesaikan, agar makna yang ditangkap (interprestasi) sesuai dengan objek (representamen) yang terlihat.
Benny H. Hoed dalam bukunya menyatakan , Tanda dan Ingatan: Tonggak. (Hoed, 2014: 333). ‘Tonggak’ menjelaskan hubungan antara tanda dan ingatan sebagai bagian dari semiotik. ‘Kota Tua’ sangat berkaitan dengan ingatan, sebuah Tonggak yang menghubungkan kita pada masa lalu bangsa kita. Sebuah pengingat akan kondisi, situasi dan peristiwa yang bisa berbentuk fisik (berupa benda) ataupun aktifitas (perayaan, upacara).
Warisan Budaya ‘Kota Tua’ ini harus tercermin dalam tonggak-tonggak Pecinan, Cagar Budaya dan Sejarah. Dengan memperkaya dan penanganan yang tepat, Kawasan Pecinan Glodok bisa menampilkan citra Pecinan Glodok seutuhnya. Hal ini menjadi tugas bersama Pemerintah dan Masyarakat Pecinan Glodok.
Daftar Pustaka
-
Hoed, Benny H. (2014). Semiotika & Dinamika Sosial Budaya Edisi ketiga. Jakarta: Komunitas Bambu.
-
Lynch, Kevin (1960). The Image of the City. Cambridge, Mass: MIT PRess.
-
Kurniawan, S. (2010). Pemaknaan Ruko Sebagai Hunian Oleh Masyarakat Tionghoa. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Teknis, Departemen Arsitektur Unversitas Indonesia.
-
(1999). Lingkungan Pecinan dalam tata ruang kota di Jawa pada masa Kolonial. Dimensi Teknik Sipil Vol. 27, No. 1: 20-29
-
Setiawan, B. (2010). Preservasi, Konservasi dan Renovasi Kawasan Kota Tua Jakarta. Humaniora Vol.1 No.2: 699-704
-
Unit Pengelolaan Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta. Rencana Induk Kota Tua, diakses 15 Juli 2014 dari http://www.kotatuajakarta.org
Comments :