“Menghidupkan Kembali Kijang Sarabha: Rekonstruksi Digital Relief Borobudur”
Borobudur bukan hanya mahakarya arsitektur dunia, tetapi juga arsip visual yang menyimpan kisah spiritual dan budaya Nusantara. Namun, seiring usia dan paparan alam, banyak relief di candi ini mengalami kerusakan. Salah satunya adalah relief Kijang Sarabha, bagian dari kisah Jataka, yang menceritakan seekor rusa berkaki delapan yang menyelamatkan seorang raja. Sayangnya, sebagian bentuk kaki belakang pada relief tersebut kini memudar, sehingga mengaburkan detail penting dari narasi aslinya
Menjawab tantangan ini, tim peneliti yang terdiri dari Dr. Ferric Limano, S.Sn., M.Ds. (D5494), Dr. Drs. Lintang Widyokusumo, M.F.A (D1943), Dr. Sri Rachmayanti, S.Sn., M.Des. (D3263), Jessica Odelia Rosli (2540130794), dan Assist. Prof. Dr. Budsakayt Intarapasan, mengembangkan sebuah pendekatan rekonstruksi digital berbasis 3D photogrammetry. Menggunakan dokumentasi lapangan serta teknik blackbox design method, tim memetakan ulang bentuk fisik relief dan menggabungkannya dengan literatur, foto referensi, serta interpretasi visual untuk menghasilkan bentuk rekonstruksi yang lebih utuh.
Melalui pemodelan 3D, peneliti mampu menampilkan kembali anatomi Sarabha secara lebih lengkap, termasuk bagian yang telah hilang. Proses ini tidak hanya menjadi upaya teknologis, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap nilai sejarah, agama, dan kearifan budaya yang melekat pada Borobudur. Dengan teknologi ponsel seperti LIDAR dan aplikasi Polycam, dokumentasi menjadi lebih cepat, akurat, dan mudah direplikasi untuk objek warisan lainnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa desain digital dan teknologi visual modern dapat menjadi jembatan penting dalam konservasi budaya. Kolaborasi lintas bidang—antara desainer, arkeolog, sejarawan, hingga arsitek—membuka peluang baru untuk menjaga, memahami, dan menghidupkan kembali cerita-cerita masa lalu bagi generasi mendatang.
#binusresearchpoint #SOD-DKVNewMedia

Comments :