(Dok. Karya Pameran Tunggal Sebastianus Advent oleh Emmanuel Putro P)

Gum Bichromate adalah teknik cetak yang paling ekspresif dan sangat personal di abad ke 19. Teknik cetak ini digunakan oleh para maestro fotografi seperti Henry Fox Talbott, hingga para piktorialis seperti Robert Demachy. Teknik ini menghasilkan cetakan yang luar biasa imajinatif, hingga dalam beberapa aspek dapat disetarakan dengan sebuah karya lukis. Untuk itu, teknik ini menjadi salah satu teknik paling populer di kalangan para piktorialis. Teknik cetak yang juga berkembang diabad tersebut antaralain; Salt Printing, Photogram, Cyanotype dan Temperaprint.

Sisi kelebihan lain dari teknik Gum Bichromate ini adalah visual hasil cetak yang sangat personalnya. Sehingga tidak ada standar yang bisa dibakukan untuk hasil cetakannya, meskipun dengan negatif foto yang sama. Apabila ada dua fotografer mencetaknya dengan teknik ini, hasilnya pun akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Seperti halnya lukisan, patung atau seni grafis, teknik ini meletakkan standar baik-buruk atau bagus-tidaknya pada si pencetaknya itu sendiri. Dengan teknik ini, seorang kreator dapat menampilkan karakteristik khasnya yang bahkan tidak dapat ditiru oleh kreator lainnya.

(Dok. Karya Pameran Tunggal Sebastianus Advent oleh Emmanuel Putro P)

Sisi kelebihan lain dari teknik Gum Bichromate ini adalah visual hasil cetak yang sangat personal. Sehingga tidak ada standar yang bisa dibakukan untuk hasil setiap cetakannya, meskipun dengan sumber negatif foto yang sama. Apabila ada dua fotografer mencetaknya dengan teknik ini, hasilnya pun akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Seperti halnya lukisan, patung atau seni grafis, teknik ini meletakkan standar baik-buruk atau bagus-tidaknya pada si pencetaknya itu sendiri. Dengan teknik ini, seorang kreator dapat menampilkan karakteristik khasnya yang bahkan tidak dapat ditiru oleh kreator lainnya.

Gum Bichromate print adalah salah satu teknik cetak atau reproduksi visual yang menggunakan cairan emulsi peka cahaya yang dihasilkan dari Pottasium Dichromate. Warna yang muncul pada teknik ini adalah hasil penggabungan dari cairan Pottasium Dichromate, gum Arabic (getah) dan pigmen warna. Medium yang biasa digunakan adalah kertas cat air yang berketebalan sekitar 250gr-300gr. Secara teknik pengerjaan Gum Bichromate print memiliki kemiripan dengan teknik cetak Cyanotype Print, dimana kertas cat air diolesi terlebih dahulu dengan cairan emulsi dari penggabungan Pottasium Dichromate, gum Arabic (getah) dan pigmen warna, dan setelah itu dikeringkan dan ditempelkan kertas kalkir atau polifilm bergambar atau benda fisik seperti daun, kunci dan lainnya serta kemudian disinarkan pada lampu ultraviolet atau sinar matahari. Setelah media kertas tersebut terekspose cahaya ultraviolet / sinar matahari, Langkah selanjutnya adalah membilas hingga cairan emulsi tersebut luntur dan warna visual pada kertas tersebut muncul. Sebagai pembeda dengan teknik cetak Cyanotype Print, Gum Bichromate print memiliki keanekaragaman warna yang lebih banyak sesuai dengan penggunaan pigmen warna pada campuran emulsi yang dibuat.

(Dok. Karya Pameran Tunggal Sebastianus Advent oleh Emmanuel Putro P)

Teknik cetak ini kembali booming di beberapa kota seperti Jogjakarta, Jakarta dan Serang sebagai media alternatif cetak karya-karya foto dan visual lainnya sebagai ajang nostalgia untuk menghadirkan kembali karakter visual vintage.