Cyanotype Print on T-Shirt

Cyanotype Print merupakan salah satu proses cetak fotografi tertua yang pernah ada di dunia. Proses cetak ini ditemukan oleh seorang bernama Sir John Hershel pada tahun 1842. Hershel merupakan seorang ilmuan fisika yang hobi bereksperimental dalam bidang cetak, dan telah banyak menghasilkan temuan dalam bidang Fotografi seperti; cyanotype, fixer dan pencetus istilah ”photography” kepada publik pada tahun 1839. Visual yang dihasilkan dengan proses cetak cyanotype berwarna biru sehingga sering disebut dengan istilah blue print yang merupakan pencampuran dua larutan kima logam yaitu Ferric Ammonium Citrate dan Potassium Ferricyanide.

Kehadiran teknik cetak Cyanotype pada awal mulanya lebih sering digunakan untuk mereproduksi visual spesimen pertanian dan untuk keperluan proofing hasil foto serta sebagai media duplikasi gambar kerja para arsitek pada era tersebut. Lambat laun teknik ini kemudian banyak diaplikasikan ke beberapa medium benda pakai seperti totebage dan t-shirt. Hal ini bisa terjadi dikarenakan teknik cetak Cyanotype dapat diterapkan diberbagai medium seperti kertas, kayu dan kain sehingga menarik untuk dijadikan media ekperimental cetak dalam konteks saat ini. Salah satu bentuk eksperimental yang terjadi pada saat ini adalah Cyanotype Print on T-Shirt. Bagaimana teknik reproduksi foto ini juga mampu diterapkan pada media kaos yang memiliki karakter keunikan tersendiri jika dibandingkan teknik silk screen dan teknik cetak lainnya pada media kaos.

Proses pembuatan Cyanotype Print on T-Shirt dimulai dengan membuat dua larutan formula A yang berisi 4 gr Ferric Ammonium Citrate yang ditambahkan cairan Aquadest (Air Destilasi) sebanyak 50ml dan larutan formula B yang berisi 10gr Potassium Ferricyanide yang dilarutkan juga dengan cairan cairan Aquadest (Air Destilasi) sebanyak 50ml. Larutan A dan B masing-masing ditempatkan dalam botol. Keduanya sebaiknya didiamkan selama 24 jam sebelum dicampur menjadi satu.

Setelah didiamkam kurang lebih selama 24 jam, larutan formula A dan B dicampurkan dalam jumlah yang sama dalam kondisi ruangan bercahaya redup (lampu pijar 10-40watt). Untuk menghemat penggunaan larutan, sebaiknya pencampuran dilakukan sesuai dengan kebutuhan cetak yang akan dilakukan dalam waktu dekat karena campuran formula A+B hanya bertahan selama 4 hari. Ketika larutan A dan B telah tercampur menjadi larutan formula C maka larutan tersebut telah bersifat peka cahaya. Larutan C dinamai emulsi (larutan peka cahaya). Larutan cyanotype yang masih baik kualitasnya berwarna hijau-kuning. Berubahnya warna larutan menjadi biru gelap menandakan larutan sudah rusak.

Proses sensitizing dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan bantuan kuas dan atau spon. Sedangkan alternatif lainnya ialah menggunakan kapas, kain dan semprotan air. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses melakukan pengolesan ialah genangan emulsi yang mungkin terbentuk akibat kelebihan jumlah emulsi akan mengakibatkan rontoknya hasil cetakan. Pengeringan emulsi dapat dilakukan dengan batuan kipas angin, kotak pengering yang diberi pemanas maupun dengan bantuan hair dryer. Pemilihan alat pengering/pemanas dapat menghemat waktu dan tidak memengaruhi hasil cetakan.

Seperti telah dijabarkan pada bagian awal, penyinaran untuk pencetakan dapat memanfaatkan sumber cahaya ultraviolet seperti lampu UV atau matahari. Dalam penelitian ini sumber cahaya yang digunakan ialah lampu UV Vacuum 40 watt sebanyak 8 unit dengan jarak 40 cm dari cetakan. Hasil test print menunjukkan bahwa penyinaran Cyanotype Print on T-Shirt memerlukan waktu selama 20 menit. Sedangkan jika penyinaran dilakukan dengan sumber cahaya matahari (dalam kondisi cahaya terik), waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-20 menit.

Setelah kaos/kain telah cukup tersinari ultraviolet, maka reaksi penyinaran pada kaos/kain akan terlihat seperti efek solarisasi. Jika belum terlihat seperti itu, maka penyinaran masih perlu dilanjutkan. Langkah selanjutnya adalah pembilasan cetakan dengan air mengalir. Proses ini akan melepas emulsi yang terkena cahaya sesuai dengan jumlah cahaya yang mengenainya sehingga terbentuklah imaji visual sesuai rancangan desain pada filmnya. Pembilasan dilakukan selama 2-5 menit atau sampai noda kuning pada media kaos/kain terlepas sepenuhnya. Hasil cetakan cyanotype memperlihatkan dominasi tone biru tua. Karakter kontras yang terbentuk tetap memperlihatkan detail gambar dengan baik.

Emmanuel Putro Prakoso, S.Sn., M.Sn