Author

Muhammad Imam Tobroni, M.Sn,

Drs. Rujiyanto, M.Sn

Nick Soedarso S.Sn, M.Sn

Tenun ikat Sintang semakin lama semakin langka dan nyaris punah dikarenakan keberadaan tenun ikat sendiri tidak cukup mendapat perhatian untuk pelestariannya. Tenun ikat sintang sudah sulit untuk dijumpai pada akhir 1980an. Sudah semakin sulit untuk menemukan penenun ikat sintang dikarenakan keahlian tenun ini tidak diturunkan kepada generasi muda yang juga dikarenakan era yang sudah semakin moderen, munculnya perubahan sosial dan ekonomi pada masyarakat Dayak yang membuat terjadinya perubahan kebudayaan termasuk budaya tenun. Mengganggap kegiatan menenun dianggap sebagai kegiatan yang primitif dan terbelakang. Generasi muda Dayak kini tidak lagi mengetahui arti dan makna dari setiap motif yang terkandung dalam kain tenun ikat.

Tenun ikat sintang harus terus dilestarikan, karena tenun ikat ini merupakan gambaran dan ekspresi manusia dayak dalam kehidupan. Dengan dibukanya pelatihan ini, diharapkan dapat menggali, mengembangkan serta melestarikan motif-motif khas yang ada di kabupaten Sintang, disamping menghimpun motif-motif yang layak untuk di tenun ikat. Dalam proses pelatihan ini, semua peserta menunjukkan minat serta keseriusannya dalam pelatihan design Clinic kerajinan motif tenun ikat ini dan diharapkan peserta akan lebih trampil dalam menuangkan gagasannya ke beberapa media. Dengan memberikan pengetahuan serta informasi mengenai cara untuk meningkatkan kualitas produk tenun yang dihasilkan oleh pengrajin tenun agar dapat lebih diterima oleh pasar dan semakin kompetitif. Pelatihan ini dibawakan dengan metode partisipatif yaitu Metode permainan yang juga digunakan agar mempermudah penyerapan materi oleh pengrajin tenun tersebut. Pelatihan ini berusaha untuk menekankan pemikiran akan pentingnya menjaga kualitas tenun demi kepentingan dan keinginan pasar, sehingga pengrajin tenun diharapkan dapat konsisten dan menjaga kualitas serta penuh kehati-hatian dalam pengerjaan tenun agar tenun nanti hasilnya maksimal.