PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI (BAJRA SANDHI)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ialah merancang identitas visual dari Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) sehingga mampu menjadi brand yang mencitrakan jati dirinya. Metode perancangan menggunakan strategi kreatif, dimana dewasa akhir usia 35-46 tahun, ses A – B di Indonesia ditetapkan sebagai sasaran utama. Berdasarkan penggalian data dan wawancara narasumber, perancangan disesuaikan dengan strategi visual dan desain yang mengedepankan persamaan persepsi antara pendiri Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dengan audiens yang selama ini masih belum selaras, dan memperkenalkan fungsi spiritual pada museum. Semuanya diaplikasikan pada brand touchpoint sebagaimana dimuat dalam sebuah brand guideline yang sesuai dengan prinsip branding dan big idea yang baru, “The Consolidation of Power and Serenity”. Hasil perancangan menunjukkan kesesuaian antara visi, misi, dan kepribadian dengan identitas visual yang elegan, kontemporer, puitis, namun penuh dengan gelora semangat juang. (W)

Kata kunci: Balance, Grand, Mighty, Serenity, Contemporary, identitas visual, destinasi pariwisata, budaya, Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi).

PENDAHULUAN

Bali bukanlah hanya tentang pantai dan alamnya yang indah. Di balik segala kemewahan yang menyilaukan mata wisatawan lokal dan asing ini, tersembunyi sejarah perjuangan yang tidak kalah hebatnya. Maka dibangunlah bermacam jenis museum maupun monumen di seluruh Indonesia salah satunya di Provinsi Bali, untuk melestarikan sejarah bangsa sekaligus sebagai sarana edukasi maupun rekreasi yang menjadi tolak ukur pembelajaran terakurat mengenai perjalanan bangsa dari zaman ke zaman. Demi memberi hormat kepada para pahlawan, pesemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi, zaman ke zaman serta perlambangan semangat dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mantan Gubernur Bali, Dr. Ida Bagus Mantra mendirikan Monumen Perjuangan Rakyat Bali pada tahun 1988. Bangunan berlantai tiga ini sudah dikenal banyak dan akrab di mata masyarakat Bali, ditambah dengan lapangan luas di sekitar monumen tempat masyarakat berolahraga maupun hanya rekreasi semata. Ironisnya, lapangan di sekitar monumen yang dinamakan lapangan Renon ini sangat padat pengunjung setiap harinya, namun tidak banyak yang pernah berkunjung atau mengetahui isi dari Monumen Bajra Sandhi maupun mengenai sejarah perjuangan rakyat Bali itu sendiri. Kondisi tersebut ditambah dengan bangunan megah berbentuk genta1 ini tidak memiliki sebuah brand system. Brand identity dapat menjadi identitas maupun media promosi yang berfungsi sebagai batu loncatan akan tercapainya tujuan didirikannya bangunan ini, yaitu sebagai sarana untuk mengajarkan, mengingatkan, mengangkat minat masyarakat akan sejarah perjuangan rakyat Bali dan sebagai sarana spiritualisme bagi pengunjungnya sendiri.

Maka dari itu, didapatkanlah rumusan masalah yaitu Bagaimana merancang identitas visual untuk Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) yang menyampaikan filosofi dan semangatnya dengan baik ke khalayak sasaran dengan image dan mood puitis, elegan serta penuh gelora semangat juang, bagi kalangan dewasa akhir usia 36-45 tahun, SES A-B, yang memiliki apresiasi tinggi terhadap seni dan budaya serta berdomisili di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan, serta data dan informasi yang mendukung Proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain wawancara dengan arsitek gedung yaitu Ir. Ida Bagus Gede Yadnya, IAI dan Ir. I Gusti Bagus Adnyanegara, M.Erg, literature, jurnal elektronik dan website atau artikel elektronik.

TUJUAN

  1. Sebagai citra dari Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi).
  2. Menyamakan persepsi filosofi dan fungsi monumen antara pencipta (arsitek) dengan pengunjung, memberikan harapan yang sesuai dengan potensi edukasi dan spiritual dari monumen kepada pengunjung melalui mood dan image yang disampaikan melalui media yang diciptakan.
  3. Memudahkan pengertian alur gerak dari monumen melalui media brosur, identification signage dan
  4. Adanya identitas visual ini diharapkan mendukung pengelola untuk memiliki manajemen yang lebih baik lagi serta dapat menarik pengunjung selain khalayak sasaran.

METODE PENELITIAN

Metode pencarian data yang dilakukan oleh Penulis yaitu :

  1. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan arsitek dari Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) yaitu bapak Ir. Ida Bagus Gede Yadnya, IAI dan bapak Ir. I Gusti Bagus Adnyanegara, M.Erg untuk menyelami konsep serta filosofi dari museum sekaligus monumen ini, serta kisah-kisah tentang sejarahnya.

  1. Literatur
    1. Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler
    2. Desain Komunikasi Visual Terpadu oleh Yongky Safanayong
    3. Graphic Design Theory oleh Helen Armstrong
    4. Logo Design Workbook oleh Adamsmorioka
    5. Typography Workbook oleh Timothy Samara
    6. Color Graphic oleh Karen Triedman
    7. Color Design Workbook oleh Adamsmorioka
    8. Logo oleh Michael Evamy
    9. Signage and Wayfinding Design oleh Chris Calori
    10. Making and Breaking the Grid oleh Timothy Samara
    11. Data dan Informasi Pemerintah Provinsi Bali oleh Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali
    12. Buku Panduan Monumen Rakyat Bali oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali UPT. Monumen Perjuangan Rakyat Bali
    13. Avatara oleh The Bhaktivedanta Book Trust
    14. Audience Knowledge Digest oleh Morris Hargreaves McInytre
    15. The Power of Yoga for Middle Age oleh dr. M.S Wiadnyana
  1. Website dan Artikel Elektronik
    1. http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/monumen-bajra-sandhi-lonceng-raksasa simbol-pejuangan-rakyat-bali
    2. http://www.babadbali.com/pura/plan/gua-lawah.htm
    3. http://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20120215211132/research.mla.gov.uk/evidence/documents/audience%20knowledge%20digest.pdf

HASIL DAN BAHASAN

  1. Konsep Visual
  2. Visual

Gaya visual memadukan elemen grafis dengan nuansa elegan, dan puitis, namun penuh dengan gelora semangat juang, aura kegagahan prajurit jaman dahulu kala dengan warna shade.

  1. Tipografi

Menggunakan typeface sans serif Philosopher dan Linux Biolinum O, memberikan kesan elegan, kontemporer dan respectable. Selain itu, typeface ini memiliki daya keterbacaan yang sangat baik.

i-gusti-1

2. warna

i-gusti-2

Hasil Visual (logo)

i-gusti-3

i-gusti-4

Hasil Visual (Supergrafis)

i-gusti-5

i-gusti-6

i-gusti-7

i-gusti-8

c. Kartu Nama

i-gusti-9

d. Kop Surat

i-gusti-10

e. Amplop

i-gusti-11

f. Mailing label

i-gusti-12

g. Folder

i-gusti-13

h. Pictogram

i-gusti-14

i. Signage

i-gusti-15

KESIMPULAN

Desain perancangan identitas visual dipercaya menjadi salah satu cara yang mampu mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan oleh brand kepada target audiensnya. Dalam perancangan identitas Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) ini, penulis ingin menyampaikan bahwa ini bukanlah monumen mati maupun museum biasa yang hanya memiliki fungsi edukasi. Museum sekaligus monumen ini memiliki fungsi edukasi dan spiritual berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Bali. Oleh karena itu terjadilah eksekusi dimana dalam komunikasinya brand ini mementingkan ‘rasa’ ataupun sense. Contohnya adalah tekstur dan finishing pada bahan yang akan memberikan suatu pengalaman baru, dan ‘rasa’ yang diibaratkan seperti fungsi spiritual dimana hanya dapat dirasakan secara individual. Dari segi layout, penerapan white space dan grid juga diperhatikan dengan seksama mengacu pada keyword yang telah ditentukan. Tidak luput juga dengan pemilihan warna dan tipografi berdasarkan dengan brand essence, brand values maupun visi misi dari Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi).

Penerapan wayfinding yang tidak relevan, digantikan dengan buku panduan. Buku panduan dipilih menjadi pengganti yang tepat karena gadget/electronic devices tidak relevan jika disandingkan dengan konsep branding, dimana dapat dikatakan ‘It’s all about feelings’ sedangkan media elektronik dapat menumpulkan ‘rasa’ tersebut, serta penghalang manusia untuk peka dan berinteraksi dengan sekitarnya. Maka media tradisional seperti kertas dan buku dianggap paling tepat penggunaannya saat berada di dalam museum monumen ini.

I Gusti Ayu Wulandari Kusuma Wardhani