PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU “PIKAT NOKTURNAL INDONESIA”

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah merancang publikasi Pikat Nokturnal Indonesia agar kesan negatif pada hewan malam di Indonesia dapat berkurang. Metode perancangan menggunakan strategi kreatif, yang menyasar anak-anak sebagai sasaran pasar yang baru dan utama. Perancangan disesuaikan dengan strategi visual dan desain diperuntukkan untuk anak-anak yang menyenangkan dan edukatif. Buku Pikat Nokturnal Indonesia diaplikasikan dengan ilustrasi dan pop up yang disesuaikan dengan big idea sehingga tercipta buku yang menyenangkan bagi anak-anak. Hasil perancangan buku Pikat Nokturnal Indonesia menunjukkan kesesuaian antara nilai, visi dan misi sehingga buku Pikat Nokturnal Indonesia memiliki visual yang sesuai dengan target pembaca.

Kata kunci: Publikasi, pop up, menyenangkan, edukatif.

PENDAHULUAN

Terdapat 3 pembagian hewan berdasarkan perilaku waktu kegiatannya, yaitu hewan diurnal (hewan giat siang) hewan krepuskular (hewan giat fajar atau senja) dan nokturnal (hewan giat malam). Hewan krepuskular maupun diurnal dapat dengan mudah kita temukan, contohnya seperti burung, serangga, kucing / anjing peliharaan. Namun, ada beberapa jenis hewan nokturnal yang biasanya jarang kita lihat dan tidak kita ketahui.

Mengutip dari buku ensiklopedia hewan punah di Indonesia karya Namin Asimah Asizun (2014) Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai megabiodiversity country atau negara yang mempunyai kekayaan hayati tertinggi di dunia. Penyebab tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia diantaranya adalah wilayah Indonesia terletak di kawasan tropis yang mempunyai iklim stabil.

Pembahasan mengenai buku ensiklopedia hewan Indonesia tidak dipisahkan berdasarkan waktu kegiatannya, dan porsi untuk hewan nokturnal sangat sedikit. Padahal apabila di bahas lebih dalam lagi, banyak hewan nokturnal di Indonesia yang dapat menjadi primadona bagi pecinta hewan. Hal ini terbukti dengan adanya komunitas beberapa hewan nokturnal di Indonesia.

Informasi mengenai hewan nokturnal di Indonesia sangat jarang kita temui, baik melalui buku maupun media informasi lainnya. Buku merupakan media publikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi. Penulis melakukan pengamatan terkait dengan buku edukasi. Banyak buku ensiklopedia mengenai hewan. Namun sangat jarang buku yang mengangkat tentang hewan nokturnal di Indonesia. Biasanya buku mengenai hewan nokturnal tidak dibedakan berdasarkan suatu wilayah.

Buku bergambar dapat membantu pembaca mengkongkretkan pembelajaran cerita. Buku bergambar lebih memotivasi pembaca untuk belajar. Piaget (dalam Dworetzky, 1990:28) menyatakan bahwa anak dalam usia 4-6 tahun berada pada tahap praoperasional, dimana anak mulai memiliki keterampilan verbal; dalam masa ini anak mulai sudah menyebutkan nama-nama objek dan berpikir intuitif (daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari).

Berdasarkan terori tersebut maka sangat mudah untuk memberikan informasi kepada anak-anak.  Anak-anak pada usia 4-6tahun mulai memiliki keterampilan verbal,  artinya anak sudah mulai membaca dan mengenal huruf.  pada umur tersebut anak juga sudah mulai menyebut nama-nama objek.  Jika anak pada tahap praoperasional diberikan stimulasi positif terkait hewan nokturnal di Indonesia,  maka memori anak akan merekam informasi positif mengenai hewan nokturnal di Indonesia.  dengan begitu stigma negatif terhadap hewan nokturnal akan berkurang.

Adapun literatur cetak yang menjadi data referensi dan data pembanding untuk menemukan desain visual yang tepat pada target audience,  yaitu:

  • Jenis Kelamin : pria dan wanita
  • Umur : 4 – 6 tahun
  • Jenjang Sosial : PAUD – TK
  • Kelas Sosial : B hingga A

 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis adapun identifikasi masalah yang dihadapi dalam merancang komunikasi visual Pikat Nokturnal Indonesia:

  • Kurangnya buku dengan desain yang variatif, sekaligus atraktif dan interaktif dalam pencarian informasinya.
  • Penggunaan tipografi yang kurang tepat untuk anak-anak sehingga menyulitkan keterbacaan seperti tipografi dengan kontur tajam/kotak dan ukuran tipografi pada teks maupun penggunaan warna yang kurang kontras pada beberapa buku.
  • Penerapan desain layout yang kurang sesuai untuk anak-anak pada beberapa buku seperti buku Faunapedia yang terlalu banyak memuat konten dan teks.

Menurut Mitchel dalam Nurgiyantoro (2005: 159), menjelaskan secara khusus manfaat buku cerita bergambar bagi anak-anak antara lain untuk membantu perkembangan emosi anak, membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya, belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi, pengembangan perasaan, memperoleh kesenangan, mengapresisi keindahan, serta menstimulasi imajinasi.

Menurut Rothlein dan Meinbach (1991:90), buku bergambar adalah  buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku ini biasanya ditujukan pada anak-anak. Buku bergambar lebih dapat memotivasi mereka untuk belajar.  Dengan buku bergambar yang baik, anak-anak akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita. Picture book adalah buku bergambar dengan plot sederhana, yaitu dengan 1 karakter utama sebagai pusat perhatian. Ilustrasi memiliki peranan penting dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku dengan karakter ini menjangkau anak-anak usia 4-10tahun.

Buku pop up telah berkembang dan telah membantu banyak berbagai kebutuhan khususnya untuk anak-anak. Penggabungan berbagai teknik dapat membantu untuk membuat pop up memiliki bentuk yang variatif, atraktif sekaligus interaktif.  Melalui buku pop up, anak-anak dapat berkomunikasi melalui bentuk, gerak, dan visual. Mekanis yang sederhana dan ramah lebih dekat dengan target pasar anak-anak.  Manfaatnya secara tidak langsung kegiatan membuka, melihat dan menutup gambar dapat melatih perkembangan motorik anak. Hal inilah yang menjadikan pop up lebih mudah diingat,  karena memiliki dimensi, juga dikenal memiliki efek kejut dari gerakan yang dihasilkan saat teknik-teknik pop up ini beroperasi.  (Dewantari,  31 Juli 2016).

Berdasarkan teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari perancangan komunikasi visual Pikat Nokturnal Indonesia maka informasi mengenai hewan nokturnal kepada anak-anak harus berupa buku yang dapat menarik perhatian anak-anak.  Dengan buku bergambar anak-anak akan lebih terangsang untuk mencari informasi terkait objek yang dilihatnya.  Agar desain menjadi efektif maka diperlukan mekanisme tambahan yang dapat membantu perkembangan motorik anak.  Untuk itu buku Pikat Nokturnal Indonesia dibuat pop-up sehingga buku menjadi media belajar sekaligus bermain yang variatif,  atraktif dan interaktif.

Dalam merancang buku Pikat Nokturnal Indonesia yang diperuntukkan anak-anak pada usia 4-6 tahun maka dibutuhkan desain yang tepat sehingga menjadi efektif dalam memberikan informasi.  Landasan teori dari para ahli terkait perancangan komunikasi visual untuk anak-anak sangat dibutuhkan sehingga desain menjadi tepat sasaran.

Warna memiliki hubungan yang kuat dengan setiap individu yang melihatnya. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu menstimuli perasaan, perhatian dan minat seseorang.  Elizabeth B. Hurlock (1978: 336) menyatakan bahwa anak-anak menyukai warma yang cerah. Untuk itu warna yang baik untuk anak-anak adalah warna warna yang cerah sehingga dapat menarik minat anak-anak.

          Dari hasil penelitian Seth Spaulding (Sudjana,2001:12)

  1. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
  2. Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.

Gaya ilustrasi kartun adalah gaya gambar yang memiliki kesan lucu, penuh warna,  dan menarik untuk dilihat.  Biasanya gaya ilustasi kartun ini dengan penyederhanaan bentuk obyek dari bentuk aslinya.  Gaya ilustrasi kartun sangat cocok dengan anak-anak.  Karena gaya ilustrasi kartun dapat memancing anak untuk fokus dalam membaca buku.

Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik untuk belajar melalui gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding (Sudjana,2001:12). Menyimpulkan ilustrasi gambar sebagai berikut:

  1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar anak.
  2. Ilustrasi gambar membantu anak membaca dalam penafsiran dan mengingat isi materi teks yang menyertainya.
  3. Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat para anak menjadi efektif.

Menurut Ilene Strizver pada www.Fons.com yang merupakan pendiri Type Studio menyatakan bahwa kebanyakan anak-anak belajar membaca dari huruf ke huruf, terutama anak yang baru belajar membaca. Teks yang diberikan kepada anak-anak harus terlihat menarik dan mudah di baca dengan format termudah.  Saat memilih tipografi untuk anak-anak harus yang terlihat sederhana dan mudah dibaca, dengan counter (bentuk dalam karakter) bulat dengan sudut tumpul, tidak lancip maupun kotak.

Berdasarkan dari teori-teori diatas maka dalam merancang desain yang tepat untuk anak-anak dapat lebih mudah dilakukan dan hasil desain menjadi tepat sasaran.  dibutuhkan ilustrasi, tipografi, warna dan layout yang sesuai untuk anak anaka

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana merancang strategi komunikasi visual yang tepat untuk buku  mengenai hewan nokturnal di Indonesia yang informatif dan menarik minat baca anak-anak usia 4 hingga 6 tahun dengan elemen dan prinsip desain yang benar. Selain itu dapat menghilangkan kesan negatif atau buruk terhadap hewan nokturnal di Indonesia.

TUJUAN

Tujuan dari penilitian ini adalah merancang komunikasi visual publikasi buku mengenai hewan nokturnal di Indonesia. Buku yang mampu untuk memberikan informasi mengenai hewan nokturnal di Indonesia dengan memberikan pengalaman yang menyenangkan dan menghilangkan kesan negatif masyarakat terhadap beberapa hewan nokturnal di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung pembahasan serta kajian data dalam tugas akhir ini, diperoleh dari beberapa sumber. Data-data tersebut antara lain :

  1. Literatur : yaitu data yang didapat dari buku dan artikel yang berkaitan dengan topik baik cetak maupun online.
  2. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada narasumber. Dalam hal ini pewawancara adalah penulis sendiri dan responden yang diwawancarai adalah Ibu Yulianti Nurmaya sebagai divisi pendidikan Kebun Binatang Ragunan.
  3. Kegiatan observasi dilakukan dengan meninjau dan mengamati secara langsung hewan-hewan nokturnal Indonesia. Observasi dilakukan di 3 tempat yaitu Kebun Binatang Ragunan Jakarta, Secret Zoo Jawa Timur Park 2 dan Museum Satwa Jawa Timur Park 2 Malang.
  4. Survey dengan membagikan kuesioner kepada siswa/i SDSN Guntur 03 pagi.

HASIL PEMBAHASAN 

1 Buku
1.1 Cover

1

Desain cover pada buku menggunakan ilustrasi hewan utama pada isi buku.  Cover muka menggunakan ilustrasi dengan suasana alam.  Cover disusun dengan background gelap dan ilustrasi dengan warna cerah sebagai kontras,  sehingga menarik keingin tahuan pembaca terhadap isi buku.  Pada bagian atas cover terdapat logo buku yang besar dengan warna kontras pada background.  Pada cover belakang berisikan ilustrasi 6 hewan utama yang mendominasi halaman sebagai ikon masing-masing hewan.  Berisikan kata-kata dan juga quote yang dapat mengajak pembaca.Pada bagian tengah buku terdapat nama penulis,  logo buku dan juga penerbit dengan background warna kuning dan warna biru tua sebagai warna typografi.

1.2 Halaman Isi

2

1.2.1 Warna

Warna yang digunakan menggunakan warna-warna cerah pada subjek yang ingin disampaikan seperti warna merah, kuning, orange, hijau dan coklat, namun pemilihan warna untuk subjek disesuaikan dengan warna asli hewan nokturnal itu sendiri. Sedangkan untuk warna latar menggunakan warna gelap untuk membangun suasana malam dan menjadi kontras dengan subjek yang ingin ditonjolkan. Pemilihan warna disesuaikan untuk menciptakan buku yang menyenangkan dan menarik untuk anak-anak.  Untuk membangun karakter buku,maka penulis menggunakan warna sebagai berikut:

3

Warna memiliki hubungan yang kuat dengan setiap individu yang melihatnya. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu menstimuli perasaan, perhatian dan minat seseorang.

Elizabeth B. Hurlock (1978: 336) menyatakan bahwa anak-anak menyukai warma yang cerah. Untuk itu warna yang baik untuk anak-anak adalah warna warna yang cerah sehingga dapat menarik minat anak-anak.

1.2.2 Ilustrasi

Ilustrasi pada buku Pikat Nokturnal Indonesia menggunakan penyederhanaan bentuk hewan aslinya.  Hal tersebut dilakukan untuk membangun karakter yang disukai oleh anak-anak pada usia 4-6 tahun.

4

Menurut Zeegen (2005:12) Ilustrasi membatu pembaca memahami pesan yang di bahas. Ilustrasi dapat menyampaikan isi konsep tanpa harus di jabarkan secara detail. Dalam hal ini, ilustrasi membantu pembaca untuk cepat mengerti informasi yang ingin disampaikan.

Gaya ilustrasi kartun adalah gaya gambar yang memiliki kesan lucu, penuh warna,  dan menarik untuk dilihat.  Biasanya gaya ilustasi kartun ini dengan penyederhanaan bentuk obyek dari bentuk aslinya.  Gaya ilustrasi kartun sangat cocok dengan anak-anak.  Karena gaya ilustrasi kartun dapat memancing anak untuk fokus dalam membaca buku.

Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik untuk belajar melalui gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding (Sudjana,2001:12). Menyimpulkan ilustrasi gambar sebagai berikut:

  1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar anak.
  2. Ilustrasi gambar membantu anak membaca dalam penafsiran dan mengingat isi materi teks yang menyertainya.
  3. Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat para anak menjadi efektif.

1.2.3 Layout

Layout dalam perancangan buku Pikat Nokturnal Indonesia yaitu dengan ilustrasi yang dominan dan sedikit teks. Subyek dibuat pop up untuk menarik minat anak-anak dan menjadi fokus utama pada setiap halaman. Menggunakan grid 4 kolom pada setiap halaman sehingga mampu memberikan banyak eksplorasi layout.

Dari hasil penelitian Seth Spaulding (Sudjana,2001:12)

  1. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
  2. Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.

1.2.4 Tipografi

Menurut Ilene Strizver pada www.Fons.com yang merupakan pendiri Type Studio menyatakan bahwa kebanyakan anak-anak belajar membaca dari huruf ke huruf, terutama anak yang baru belajar membaca. Teks yang diberikan kepada anak-anak harus terlihat menarik dan mudah di baca dengan format termudah.

Saat memilih tipografi untuk anak-anak harus yang terlihat sederhana dan mudah dibaca, dengan counter (bentuk dalam karakter) bulat dengan sudut tumpul, tidak lancip maupun kotak.

Anak-anak yang baru bisa membaca harus belajar untuk mengikuti huruf per huruf dari kiri ke kanan dan ‘melompat’ dari kata akhir paling kanan ke kata awal paling kiri. Untuk membuat anak-anak mudah membaca, ukuran huruf yang tepat adalah 14 sampai 24 point (tergantung pada jenis huruf dan usia pembaca) dengan leading 4 sampai 6 point.

Pastikan warna huruf dengan background cukup kontras, terutama saat menggunakan huruf yang tipis dengan latar belakang yang berwarna gelap. Saat menetapkan penggunaan lebih dari satu paragraf, lebih baik menggunakan jarak spasi dibandingkan awalan paragraf yang menjorok ke dalam. Hal ini berfungsi untuk memberikan jeda sebelum membaca ke paragraf berikutnya.

Berikut beberapa typeface yang digunakan dalam mendesain buku Pikat Nokturnal Indonesia:

5

  • DK Crayon Crumble

Typeface ini dipakai pada logo dengan kata pikat,  karakter font yang kurus dan melengkung disesuaikan dengan kata pikat.

6

Aulia Darmawan