Desain Motif Pada Keset Kain Perca Kerajiinan Pringapus

Tak terasa sudah 3 tahun berjalan DKV New Media BINUS University turut membina pengrajin keset kain perca, sebuah klaster pengrajin di Desa Wonoyoso, Kecamatan Pringapus, Jawa Tengah. Pada hari Minggu tgl 28 September 2014 yang lalu kami mengunjungi Koperasi Melati yang menjadi pengelola Usaha Kecil Menengah yang terletak di selatan kota Semarang, Jawa Tengah. Disebut sebagai klaster (cluster) karena pengrajin di daerah ini berjumlah 800 orang yang tersebar di beberapa kampung. Kerajinan yang dibuat adalah keset dari kain perca yang berasal dari limbah pabrik garmen yang banyak beroperasi di sekitar Ungaran. Klaster pengrajin ini dikelola oleh Koperasi Melati yang didirikan pada tahun 2006 oleh Ibu Rohprihati. Beliau telah menekuni usaha ini sejak tahun 1998, saat krisis moneter dan banyaknya PHK yang terjadi di lingkungan pabrik dan terus bersemangat mengajak para tetangganya yang terkena PHK untuk membuat keset dari kain perca ini.

Usaha kain perca ini dipilih oleh Ibu Rohprihati untuk mengatasi limbah (buangan) pabrik garmen sangat mengganggu lingkungan di sekitar kampung. Dari 800 pengrajin, 200 pengrajin di antaranya dikelola oleh Koperasi Melati. Produk-produk yang dihasilkan oleh 200 orang pengrajin yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga ini telah tersebar di kota-kota di Jawa Tengah, juga di Jakarta dan Bandung. Usaha rumahan ibu-ibu yang membuat keset kain perca ini diasuh oleh pengelola Koperasi Melati yaitu Ibu Anna Setyarini yang akrab disapa dengan Ibu Rini selaku coordinator usaha.

Dalam keseharian produksinya, keset kain perca ini mampu memberdayakan ibu-ibu desa Wonoyoso, Pringapus untuk mengisi waktu luangnya di kala anak dan suaminya pergi ke sekolah dan bekerja. Dengan begitu ibu ibu tersebut mampu menambah penghasilannya melalui usaha yang dilakukan di rumah masing-masing. Awalnya setiap pengrajin yang baru belajar bias memproduksi tiga sampai empat keset per hari. Namun setelah mahir bisa mencapai 10 hingga 15 keset per hari. Produk keset yang dihasilkan kemudian dijual melalui toko-toko di sekitar Ungaran dan didistribusikan ke kota-kota di Jawa Tengah, bahkan Bali, Kalimantan dan Sumatera.

Pada tahun 2011, atas inisiatif dari PT. PNM yang membina koperasi ini, kami DKV New Media BINUS University diundang untuk memberi pelatihan dalam hal kombinasi warna serta kemasan. Setelah enam bulan berjalan, pengrajin mulai terampil memadupadankan warna kemudian kami memberikan desain untuk diaplikasikan pada keset kain perca ini. Sejak tahun 2012 usaha keset Koperasi Melati ini mendapat suntikan desain hasil karya mahasiswa dan dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara. Pada perkembangannya dengan desain yang cantik kemudian keset ini beralih fungsi, bisa juga digunakan sebagai alas duduk pada kursi maupun lantai.
Berfoto bersama Ibu Rohprihati dan Ibu Rini.

image01 image02 image03

Desain yang diberikan oleh mahasiswa dan dosen DKV Binus mereka namakan Keset Semi Motif. Keset-keset semi motif ini dikerjakan oleh 5 orang pengrajin keset di bawah binaan Koperasi Melati ini, yaitu: Ibu Titi, Ibu Ita, Ibu Tono, Ibu Ismini dan Ibu Santi.

Semua kualitas produk keset semi motif ini di bawah pengawasan ketat Ibu Rini. Ibu Rini sendiri yang menyeleksi bahan kain perca yang digunakan. Tidak jarang ketika bahan baku perca yang didrop oleh pabrik garmen dirasakan kurang tepat seperti warna kain yang kebanyakan gelap atau motif kain yang terlalu besar, maka Ibu Rini menunda produksinya sampai ia mendapatkan bahan baku kain perca yang baik untuk diaplikasikan pada keset semi motif.

image04

Saat ini mereka sudah memiliki mesin jahit besar sehingga sudah bisa membuat keset (karpet) panjang 150 cm x 70 cm dengan harga yang dilepas dari pengrajin sebesar Rp. 300.000,- namun motifnya tidak bisa terlalu bermain karena sulit. Ke depannya akan dicobakan motif yang sederhana untuk diaplikasikan pada karpet panjang ini.

image05

Harga bahan baku yang baru diambil dari pabrik adalah Rp250 per karung, isinya masih campur aduk (ada kain, ada kertas, ada plastik).

image06

Isi karung ini kemudian dipilah2, yang kain utk keset Rp. 2500 per kg, kertas pola Rp. 3000 per kg.

image07

Ada pun untuk perca yang potongan kainnya kecil-kecil, tidak bisa dijadikan keset. Untuk itu kain perca akan dicacah menjadi benang untuk isian karpet kasur ala Palembang.

image08

Upah untuk pilah2 dibayar Rp. 30.000,- per hari ditambah uang makan Rp. 5.000,-, bekerja mulai pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore, dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Umumnya pekerjaan pemilahan ini dilakukan oleh ibu-ibu berusia sekitar 45-50 tahun.

Untuk tugas bongkar-muat mereka mempekerjakan 2 orang tenaga laki-laki dengan upah Rp. 75.000,- per hari ditambah uang makan Rp. 5.000,-. Tugasnya adalah mengangkut karung-karung dari pabrik ke koperasi pulang-pergi sebanyak empat hingga enam kali. Penghasilan yang boleh dibilang lumayan dapat mencukupi kebutuhan hidup di desa. Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa pengangguran di desa Wonoyoso ini relatif kecil karena ada saja pekerjaan yang bisa dilakukan asalkan tidak malas.

Pengrajin keset di desa ini berjumlah sekitar 800 orang. Mereka boleh memasarkan sendiri hasil karya pekerjaannya. Dari 800 orang ini, 198 pengrajin diantaranya tergabung dalam koperasi, yang mana hasil karyanya dibeli oleh koperasi dengan standar kualitas tertentu, di bawah supervisi Ibu Rini. untuk 1 keset semi motif ukuran besar (diameter 60 cm), memerlukan sekitar 500-600 gram bahan kain perca.

image09

Pembuatan keset semi motif ini memang lebih sulit daripada keset biasa karena harus lebih teliti menghitung polanya, namun dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Peminatnya pun banyak sehingga setiap pameran keset semi motif pasti tidak kembali alias laris manis. Bahkan ada pula permintaan keset untuk pameran tetapi sering tidak keburu utk diproduksi.

image10

Dengan adanya desain baru pada keset semi motif meningkatkan semangat para pengrajin untuk menerima tantangan membuat produk yang lebih baik lagi. Selain keset semi motif berbentuk lingkaran, ada pula yang berbentuk persegi empat. Secara fungsi juga berkembang menjadi alas piring, hiasan dinding, dan untuk kedepannya diaplikasikan dengan cermin dan jam dinding.

Tautan tentang keset kain perca:
http://332lab.wordpress.com/2014/02/09/menambah-nilai-keset/
http://damniloveindonesia.com/articles.php?id=53
http://damniloveindonesia.com/articles.php?id=50
http://news.liputan6.com/read/321193/keset-kreatif-limbah-garmen
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/12/31/12582663/Rohprihati.Keset.The.Power.of.Kepepet.

  1. bagaimana caranya untuk bisa bergabung di koperasi melati dan pelatihan cara mmbuat keset yg semi motif.soalnya istri saya kepengen ikutan sebagai kegiatan dirumah..??