Menggambar dengan Media Pena (part 1)
Sebuah karya gambar adalah karya seni yang tak ubahnya seperti menulis puisi indah ataupun nyanyian merdu seorang biduan. Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang tercipta terwujud pada berbagai permukaan sebagai ekspresi sebuah observasi, gambaran perasaan yang terdalam seorang artis maupun desainer menggunakannya sebagai alat komunikasi visual untuk mengungkapkan ide-ide mereka kepada target yang dituju.
Sebagai media komunikasi, maka artis ataupun desainer harus menguasai beberapa teknik gambar yang mumpuni disesuaikan dengan konsep dan karakter komunikasi yang diharapkan dapat memberikan reaksi positif bagi target audience. Pada proses awal latihan menggambar biasanya diawali dengan latihan meniru dari sebuah fotografi, sehingga proses meniru tersebut dapat dipahami kemudian dapat diaplikasikan pada tahap menggambar observasi langsung pada objek hidup di lapangan.
Dalam penuangan gambar sebagai ekspresi seorang artis atau desainer, dibutuhkan teknik gambar yang bervariasi. Banyak media gambar yang tersedia seperti crayon, charcoal, pensil, tinta, cat air, acrylic, cat minyak, pena dll. Masing-masing media mempunyai ciri khas dan karakteristik masing-masing. Dalam artikel kali ini akan dibahas teknik penciptaan gambar melalui media pena sebagai media paling sederhana setelah pensil.
Hampir semua orang sudah terbiasa menggambar dengan media pensil, namun hanya sebagian saja yang terbiasa menggambar dengan pena. Ada perbedaan teknis dalam menggunakan media pensil dan pena. Pada pensil saat membuat arsiran biasanya dipengaruhi oleh tekanan pensil pada kertas saat menggores di permukaan kertas. Semakin kuat tekanan maka akan semakin gelap efek arsiran yang didapat. Tentunya teknik tersebut tidak dapat diaplikasikan pada media pena.
Dibandingkan dengan alat gambar lainnya seperti crayon, pensil warna, cat air, charcoal dll., pena memang relatif lebih mudah dalam mempelajarinya. Namun dibalik kemudahan penggunaan pena ini, diperlukan teknik tertentu dalam kreasi menggores dengan alat pena ini. Diperlukan pemahaman bertahap untuk mengenal karakter dari masing-masing jenis pena yang ingin dipakai.
Terdapat beberapa jenis pena yang dapat digunakan menggambar dengan teknik ini. Biasanya karakter pena berbeda-beda terhadap kelancaran suplai tinta pada mata pena hal tersebut dipengaruhi besar kecilnya mata pena. Terdapat bermacam jenis pena seperti ball point, fountain pen, graphic pen, drafting pen dll. Tidak ada anjuran khusus dalam memilih diantara jenis pena-pena tersebut, setiap artis mempunyai pilihan untuk menemukan karakter dan gaya tersendiri untuk jenis efek arsiran yang diinginkannya terhadap hasil gambar. Jenis pena yang paling umum digunakan adalah drafting pen dan graphic pen, karena tersedia dalam ukuran ujung pena yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Bila drafting pen dapat diisi ulang dengan mengisi kembali atau mengganti tabung tinta, maka graphic pen hanya dapat dipakai sekali saja.
Gambar 1: Berbagai jenis pena; 1. graphic pen., 2. ballpoint., 3. drafting pen., 4. fountain pen. (sumber: ilustrasi peneliti)
Leonardo Da Vinci adalah salah satu master dalam teknik hatching ini tergambar dalam karya-karya sketsanya menuangkan ide-idenya yang revolusioner. Berikut adalah contoh jenis goresan arsir (hatching) dengan pena yang dihasilkan dari masing-masing teknik:
———————————————————————————————————
Arsiran satu arah (hatching)
Pada teknik ini pena digoreskan dalam arah yang sama. Sehingga terlihat barisan garis sejajar dan searah. Semakin sering kita menggores maka akan timbul efek lebih gelap karena semakin padat dan menumpuknya garis akan menambah massa garis menjadi lebih tebal sehingga terbentuk efek ilusi volume terang bayang.
Gambar 2: teknik arsir dengan goresan pena satu arah (sumber: ilustrasi peneliti)
———————————————————————————————————
Arsiran silang (cross hatching)
Teknik ini mirip dengan arsiran satu arah, namun terjadi persilangan arah dari goresan pena tersebut. Pada bagian yang ingin diarsir lebih gelap dapat juga goresan ditumpuk dengan menggunakan arah garis yang berbeda. Biasanya perbedaan arah dari garis awal ke garis berikutnya adalah 45 derajat.
Gambar 3: teknik arsir garis bersilang (sumber: ilustrasi peneliti)
———————————————————————————————————
Arsiran searah kontur (contour hatcing)
Pada teknik ini goresan arsir pada pena mengikuti bentuk kontur bidang yang ingin diarsir, maka akan terlihat volume pada benda tersebut. Biasanya teknik ini digunakan pada menggambar figur manusia, hewan dan tumbuhan.
Gambar 4: teknik arsir mengikuti kontur (sumber: ilustrasi peneliti)
———————————————————————————————————
Arsiran coretan bebas (scumbling)
Pada teknik ini arsiran berbentuk corat-coret bebas. Biasanya goresan tidak berupa garis namun seperti coretan bebas. Coretan bebas ini akan lebih menarik bila arah goresan dapat dirubah secara acak membentuk ilusi volume yang diinginkan.
Gambar 5: teknik arsiran coretan bebas (sumber: ilustrasi peneliti)
———————————————————————————————————
Arsiran titik (stippling)
Adalah teknik arsiran dengan membuat titik-titik seperti teknik pointilisme. Semakin dekat dan rapat titik-titik yang dibuat maka semakin gelap efek yang ditimbulkan.
Gambar 6: teknik arsiran memnggunakan gabungan titik-titik (sumber: ilustrasi peneliti)
———————————————————————————————————
Berbeda dengan menulis, saat menggambar dengan tinta maka goresan yang dilakukan lebih bebas bergerak di atas kertas. Yang perlu diingat sekali anda menggores tidak akan bisa dihapus, maka semakin sering kita berlatih menggores, semakin alami efek yang dihasilkan oleh pena tersebut. Teknik menggambar dengan pena ini biasanya dilakukan pada menggambar langsung secara spontan. Seorang illustrator yang memilih menggunakan media pena, memerlukan proses pengenalan media pena yang digunakan dalam rangka pencarian garis spontan, melakukan latihan menggores yang monoton dan konsisten untuk menghasilkan karakter gambar yang diinginkan.
Comments :