Depth – Gestalt pada Nirmana Dwimatra
Sebutan ‘Nirmana Dwimatra’ acapkali mengarah pada pengertian olah komposisi yang mengenyampingkan unsur kedalaman (depth). Aspek ini kerap kurang mendapat perhatian, atau bahkan dihindari mahasiswa pada proses rancang komposisi Nirmana Dwimatra. Hal ini dikarenakan sebagian besar mahasiswa menemukan kesulitan pada saat akan mengaplikasikan bahwa aspek depth tersebut.
Pada tahap ini, prinsip Gestalt diharapkan mampu menjawab permasalahan tersebut. Enam kelompok prinsip utama Gestalt, yakni proximity, similarity, closure, continuity, common fate dan pragnanz, dapat mempermudah proses rancang penghadiran aspek depth.
Berikut akan dipaparkan beberapa contoh karya yang mampu mengimplementasikan prinsip Gestalt sebagai upaya penghadiran aspek depth.
Pada karya komposisi pertama di atas, tampak bahwa aspek depth dihadirkan dengan mendayakan proximity melalui bentuk-bentuk bidang persegi panjang yang disusun diagonal-paralel, serta bidang negatif persegi panjang yang tersusun vertikal-paralel. Penghadiran kedua komposisi ini ditempatkan pada konsep tata letak saling silang (counter) pada area ketersebrangannya. Secara keseluruhan pertemuan tata letak elemen-elemn diagonal dan vertikal tersebut mampu menghadirkan dimensi kedalaman (depth) berdasarkan suatu prinsip kedekatan posisi, yakni proximity.
Pada karya komposisi kedua di atas, aspek depth dihadirkan dengan mendayakan similarity melalui kesamaan bentuk sulur bersegi yang ditata mengelilingi bidang karya. Kesamaan bentuk berupa sulur lingkar halus tampak mengisi penuh ruang antara sulur bersegi, hingga membentuk tekstur. Untuk mempertegas aspek kedalaman, ditampilkan komposisi gradual dari elemen-elemen lingkar yang memiliki kesamaan bentuk, dengan variasi dot di pusatnya. Secara keseluruhan karya komposisi ini mampu tampil sebagai karya yang menghadirkan aspek depth berdasarkan prinsip kesamaan bentuk (similarity).
Karya komposisi ke-tiga di atas menghadirkan aspek depth dengan mendayakan closure Hal ini diupayakan melalui asosiasi ruang imajiner kedalaman yang dibentuk dari garis bold yang tersusun kuat memijar, dengan tatanan lingkar yang terbentuk atas keterpaduan garis light maupun bold . Keterpaduan ini menghubungkan garis-garis pijar utama seolah menjadi satu kesatuan bentuk yang mengkerucut ke dalam. Siasat gradual menuju lokus khayal semakin memperkuat tendensi akan aspek depth. Dengan kecenderungan kerja otak yang memberi asosiasi pada indera tatap, maka daya pandang akan menangkap sekaligus membentuk ruang imajiner kedalaman tersebut pada karya ini. Hingga secara keseluruhan karya ini mampu mengedepankan aspek depth berdasarkan suatu prinsip penutupan bentuk (closure).
Karya komposisi ke-empat, adalah contoh karya yang menghadirkan aspek depth dengan mendayakan continuity melalui kesinambungan elemen-elemen garis yang membentuk pola arsir silang pada dua buah bidang segi tiga sama sisi. Dengan kesinambungan pola tersebut, kedua segi tiga sama sisi tersebut mampu menghadirkan sebuah persepsi akan suatu dimensi kedalaman yang meruang. Hingga asal mula kedataran , mampu tampil sebagai bentang jaring segi tiga yang terpilin meruang, sebagai ruang yang memuat aspek depth. Sedangkan kesinambungan garis-garis tegas yang memijar dari kedua belah arah, mampu mengimbangi titik berat pada kedua segitiga sama sisi. Persilangannya menjadi jaring meruang pada kedua segitiga tersebut, yang mampu member sentuhan keharmonisan bagi keseluruhan komposisi. Walhasil dapat dilihat, bahwa melalui continuity, keseluruhan karya komposisi ini mampu mengoptimalkan kesinambungan pola dan alur tertentu guna menghadirkan aspek utama, yakni: aspek depth.
Karya komposisi ke-lima di atas adalah contoh karya yang menghadirkan aspek depth dengan mendayakan common fate , melalui arah gerak yang sama dari beberapa elemen garis dan bidang yang tersusun gradual. Dominasi arah gerak bidang segitiga dengan tekstur garis tegas, secara lugas dan tajam mampu mendominasi arah tuntun persepsi visual pada suatu kedalaman ruang, bahkan pada ruang yang terdalam sekalipun. Aksentualitas dot berupa square hitam tampak pula terorganisasi dengan arah gerak yang sama, menuntun arah pandang pada suatu kedalaman. Sehingga secara keseluruan dapat langsung tertangkap aspek depth yang demikian lugas, melalui pendayaan common fate.
Karya komposisi ke-enam di atas menghadirkan aspek depth dengan mendayakan pragnanz . Tampak asosiasi bentuk sekuntum bunga mawar dengan kelopak mahkotanya yang bertumpuk, diupayakan melalui tatanan beberapa elemen bidang yang bertekstur garis. Bentuk bidang geometris disusun tumpang tindih, acak, dan gradual, mengarah pada lokus yang memberi intensitas daya pandang akan dimensi kedalaman. Kompleksitas dari barik yang dibentuk dengan gurat arsir yang berbeda arah, tampak hadir sebagai ritme yang menjemput arah pandang, untuk dihantarkan menuju perjalanan kedalaman lokus. Asosiasi dan keteraturan semakin kuat terbentuk dengan penghadiran tekstur latar diagonal yang membentuk latar pekat sebagai asosiasi permukaan rerumputan, serta tangkai bunga. Dengan demikian komposisi karya ini nyata sebagai karya yang mengimplementasikan pragnanz melalui olah bentuk bidang dan kompleksitas barik yang memuat aspek depth, hingga terbentuk persepsi visual yang mampu mengadirkan asosiasi akan bentukan sekuntum bunga mawar.
Comments :