Apa yang membedakan sehingga karya Ani dinilai lebih unggul dengan karya Ana? Ani dan Ana sama-sama dapat nilai B tapi mengapa Ani mendapat 83 sedangkan Ana mendapat 76? Toh jatuhnya sama-sama B juga.

Melihat secara keilmuan, penilaian sebuah tugas karya pada disiplin ilmu DKV memang sangat relatif pengukurannya. Namun di dalam lingkup akademik, setiap tugas tentunya memiliki tolok ukur atau acuan sehingga ke’benar’annya (baca: efektivitasnya) dapat diketahui secara tepat, paling tidak mendekati tepat. Hal ini dibutuhkan agar dapat mengarahkan mahasiswa untuk menghasilkan karya sesuai dengan harapan sang dosen sebagai pemberi tugas dan di sisi lain penilaian terhadap karya dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai pengajar, kita mentransfer ilmu dan pengetahuan yang kita miliki kepada para mahasiswa. Tentunya kita ingin tahu sejauh mana dan sedalam apa mereka menyerap materi yang kita berikan. Salah satu cara yang sering kita lakukan adalah dengan memberi tugas kepada mahasiswa untuk membuat karya. Karya ini dapat menjadi media kolam sentuh bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan apa yang telah diajarkan, sebagai bentuk pengamalan mereka terhadap materi ajar dan sekaligus dapat menjadi barometer untuk mengukur seberapa dalam pemahaman mereka terhadap materi yang telah kita sampaikan. Muaranya adalah penilaian.

Menilai tugas merupakan pekerjaan yang sangat penting, karena pada tahap ini dilakukan peninjauan terhadap kemampuan mahasiswa dalam menyerap brief, kemudian mengolah dan menuangkannya ke dalam sebuah karya. Pada tahap ini pula kita sebagai pengajar dapat meninjau kembali diri kita, apakah transfer ilmu yang sudah kita lakukan cukup efektif.

Bagaimana cara yang efektif dalam mengukur kemampuan mahasiswa melalui penilaian karya? Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pertama, penyamaan persepsi akan tujuan dari tugas. Untuk itu pada saat briefing tugas perlu adanya sosialisasi mengenai kriteria penilaian kepada mahasiswa, poin-poin apa saja yang perlu diperhatikan. Akan lebih baik bila dilengkapi dengan skala prioritas yang dapat disajikan dalam bentuk prosentase. Ini akan memberi kesempatan positif bagi para mahasiswa yang ingin memperoleh nilai yang memuaskan. Ketika melakukan penilaian perlu ditegaskan kembali kepada mahasiswa mengenai apa yang menjadi kriteria serta bobot penilaian pada masing-masing kriteria, sesuai kesepakatan pada saat briefing.

Sistem penilaian seperti ini sudah dicoba diterapkan pada mata kuliah DKV3 (mata kuliah packaging), di mana diberlakukan kriteria dan prosentasenya pada penilaian karya. Diakui bahwa sistem penilaian karya seperti ini cukup menyita waktu dan pemikiran karena setiap kriteria ditinjau secara mendetil, namun hal ini dapat memuaskan kedua belah pihak baik pengajar maupun mahasiswa. Pengajar yakin telah melakukan penilaian secara (mendekati) akurat, dan mahasiswa mendapat informasi yang jelas mengenai kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada karyanya. Dengan demikian mahasiswa dapat memperbaiki kekurangan sekaligus meningkatkan kemampuan pada dirinya dan diharapkan akan terjadi peningkatan performance pada karya di tugas selanjutnya.

Sari Wulandari (Iwul)
Dosen dan Praktisi DKK