Melihat Lebih Jauh
oleh : Arif PSA.
Suka cita sudah berlalu. Saat itu berita menggembirakan hadir dalam keseharian kita. Berkah yang terasa begitu menyejukkan. DKV Binus menyandang akreditasi A. Alhamdulillah.
Beberapa aktivitas yang sempat saya catat, misalnya Plaza Desain, Pameran Fresh n Brite, beberapa seminar & workshop, Plaza Desain lagi, Fresh n Brite lagi,… rasanya belum cukup melunasi standar level akreditasi A. Namanya juga ‘A’, mestinya segala aktivitas di DKV memiliki value dan standar berlabel ‘A’. Wah, benar-benar bukan suatu pekerjaan yang enteng. Buat saya sendiri, label ‘A’ adalah beban berat. Saya menyanjung sepak terjang Jurusan yang sudah bekerja keras saban waktu. Namun tentunya belum cukup juga. Pe er kita masih banyak.
Dengan segala kekurangannya, keberadaan DKV Binus sudah sedemikian jauh dipandang masyarakat sebagai institusi pencetak pekerja kreatif yang mumpuni. Beberapa kali mahasiswa kita mampu berkompetisi di lomba-lomba desain tingkat nasional. Kekhawatiran kita bertumpu pada pertanyaan “Sampai kapankah prestasi kita ini mampu terus dipertahankan, ditingkatkan?” Biar label ‘A’ menjadi The Real ‘A’. Beberapa poin berikut mungkin dapat menjadi wacana kita bersama:
SDM dosen adalah sisi yang paling rawan. Dosen DKV itu unik-unik. Bisa jadi merekalah ujung tombak utama ‘kesebelasan’ DKV Binus. Bagaimana cara menaikkan kualitas para dosen, sehingga dosen pun memiliki value yang lebih. Perlu diupayakan terus pelatihan-pelatihan khusus dosen DKV. Dulu pernah ada ide program sharing antar dosen, mungkin bulanan atau dua bulanan, sambil arisan makan rujak. Misalnya.
Bagaimana kita memandang DKV Binus bukan hanya sebagai tempat mahasiswa belajar saja. Di era brand seperti sekarang ini, kita tentu perlu melihat DKV Binus sebagai brand. Segala sesuatunya harus bisa terlihat positif. Why not? Setiap semester kita mengajari pentingnya brand, belajar merangcang strategi komunikasi yang efektif dan relevan, hmmm… agak lucu juga kalau kita sendiri tidak mempraktekkannya. Ini sekedar usul, namun cukup realistis untuk dapat diterapkan.
Sinergi dan kerjasama antar dosen juga menjadi hal penting. Hasil akhirnya akan dirasakan pada sistem belajar yang terintegrasi dan efektif. Jangan sampai terjadi dosen A memberikan materi yang sama dengan dosen B, padahal mata kuliahnya berbeda. Akan sangat membantu kalau materi setiap mata kuliah dibuat dalam bentuk handbook atau diktat yang menarik khas DKV Binus.
Lain-lainnya adalah pertanyaan klise. Apa yang bisa kita perbuat dengan segala keterbatasan kita? Pameran di lingkungan kampus? Syukur-syukur punya ruang galeri sendiri. Kapan ya dosen-dosen punya name card-nya sendiri? DKV Binus Student Awards? Ah ada-ada saja. Adakah yang memikirkan kesejahteraan dosen? Kapan pendapatan kita naik lagi ya? Kapan kita melaksanakan aktivitas sosial kita? DKV Binus turut berperan dalam membangun desain sign system di Monas. Di Masjid Istiqlal juga. Hmmm… pasti terasa lebih sejuk. Kabarnya Fresh n Brite akan dibukukan. Wah! Kabarnya website DKV Binus sudah mulai di-develop lagi?
Tentu saja, ini bukan hanya tanggung jawab jurusan semata, tetapi seluruh civitas akademika DKV Binus. Ya Jurusan, ya KBI, ya KMK, ya dosen-dosennya, ya HIMA-nya, ya mahasiswa, ya para alumninya, ya semua para pendukung akademis lainnya. Terutama karena mestinya kita dapat melihat lebih jauh ke depan. Siapa kita hari ini, harus selalu menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
(batusari, maret 06).
* * *