Warna sebagai Simbol dalam Kebudayaan Timur

Warna umumnya sering digunakan sebagai sebuah estetika dan media komunikasi. Tanpa disadari, warna memberikan banyak identifikasi khusus tertentu untuk hal-hal yang menjelaskan waktu, tempat, dan situasi. Salah satu peran terbesar dari permainan warna adalah untuk mempengaruhi jiwa dan pemikiran manusia, bahwa warna mampu membangkitkan emosi kita.

Walaupun banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara praktis, warna di Indonesia masih bersifat simbolis dan dekoratif (Darmaprawira, 2002:103-104). Warna banyak mewakili simbol etnis, kelompok, dan identitas daerah atau wilayah.

Banyak wilayah kebudayaan di Nusantara ini yang mempunyai warna-warna khas seperti daerah pesisir utara Jawa yang menggunakan warna-warna cerah, dan daerah pedalaman Jawa, maupun Yogyakarta dan Solo yang banyak menggunakan warna cenderung gelap.

Lain halnya dengan penggunaan warna pada patung-patung zaman Mesir Kuno yang diberi warna kuning mas, biru turquoise, dan hitam sebagai simbol kemuliaan, kemakmuran, dan kekuasaan.

Hal serupa juga dapat ditemui di upacara sesajian bunga umat Hindu Bali. Warna bunga disesuaikan dengan simbol arah mata angin dan keberadaan bunga. Bunga dengan warna merah di selatan (Brahma) sebagai lambang energik atau gerak, warna hitam/ungu di utara (Whisnu) sebagai lambang penghambat, warna putih di timur (Iswara), warna kuning di barat (Mahadewa), dan di tengah adalah kombinasinya (Shiwa). Tidak hanya dalam kehidupan religi saja warna memerankan arti penting, tapi juga dalam dunia seni rupa. Pewayangan, penokohan, dan topeng misalnya, pemberian warna putih, merah, dan hitam pada sesuatu yang bersifat baik dan buruk sering terjadi.

Dalam masa modern sekarang, penggunaan warna pada logo, selain mencerminkan karakter bidang usaha, visi dan misi, ada juga yang dikaitkan dengan  mitos-mitos tertentu. Misalnya logo bank HSBC harus berwarna merah, hal ini dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat Cina terhadap merah sebagai warna keberuntungan

Iklan sebuah produk rokok menggunakan slogan “bikin hidup lebih hidup”, dengan cara menggunakan proses perubahan visual dari suasana hitam putih tanpa gairah dan membosankan, kemudian dengan bergulirnya produk ini dari satu fame ke frame lainnya, membuat suasana menjadi berwarna secara perlahan-lahan. Visualisasi tersebut dapat diartikan bahwa hidup berwarna adalah hidup yang ceria dan bergairah. Hal-hal di atas membuktikan bahwa warna banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai simbolis, estetika, maupun komunikasi.