WARNA DALAM KIASAN

Warna merupakan salah satu elemen desain yang banyak digunakan, baik sebagai elemen estetis (keindahan), fungsi maupun simbolik. Warna mampu menjadi tanda (sign). Masing-masing warna memiliki kodifikasi tersendiri (nama, angka maupun visual), yang membedakan satu warna dengan warna yang lain. Pada tahapan yang nyata atau kongkrit, kita menafsirkan warna seperti halnya gradasi warna pada spektrum cahaya. Warna adalah kepemilikan yang menyebabkan manusia menciptakan nama warna seperti merah (red), biru (blue), kuning (yellow), jingga (orange), hijau (green), dan ungu (purple), dan lain sebagainya.

Berdasarkan penelitian MacLaury yang dituliskan dalam buku Anthoropology of Color dikatakan bahwa persepsi dibentuk oleh pengetahuan dan praktis suatu kebudayaan, dan faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perkembangan perbedaan kosa kata, termasuk dalam kosa kata warna. Sistem penamaan warna berkembang terpisah dari penglihatan warna (2007: 4-5).

Tanpa disadari, warna tidak hanya telah menjadi bagian dalam hidup manusia karena warna digunakan sebagai penambah keindahan, dan memberikan tanda fungsional dalam penggunaannya, namun warna juga memberikan tanda simbolik yang perlu diinterpretasikan berdasarkan latar budaya, pengalaman hidup,

Lirik sebuah lagu lama yang dilantunkan oleh Phil Collins berjudul Groovy Kind of Love: when I’m feeling blue…. Biru di kalimat ini memiliki makna duka, sedih, depresi. Istilah white collar dan blue collar digunakan oleh dunia barat untuk menjelaskan kaum buruh kantoran dan pabrikan. Beberapa istilah lain di barat yang menggunakan warna sebagai ungkapan konotasi: once in a blue moon (jarang), out of the blue (tiba-tiba), red rag (memancing kemarahan), brown off (muak), has a yellow streak (penakut).

Sementara itu di Indonesia, beberapa warna yang digandengkan dengan kata lain untuk mengungkapkan suatu hal yang bersifat simbolis (konotatif) antar lain darah biru (bangsawan, ningrat), matanya hijau (bersinar, berbinar) melihat tumpukan uang yang menjulang, meja hijau (pengadilan), jago merah (api kebakaran), anak emas (anak kesayangan), dan lain sebagainya.

Contoh-contoh di atas menggambarkan bahwa warna mampu memberikan ungkapan tersendiri yang membedakan antara kodifikasi (penamaan) warna dengan persepsi warna.

MITA WAHIDIYAT