Mengapa Komposisi Visual Penting (bagian II)

Pada bagian sebelumnya telah dibahas contoh komposisi sederhana yang hanya terdiri dari satu sampai dua obyek gambar (figur). Pada bagian ini akan dicoba dibahas konfigurasi komposisi yang lebih kompleks karena tersusun dari lebih banyak elemen yang tidak melulu berbentuk figur melainkan termasuk unsur tipografis. Tujuannya adalah serupa, yakni fokus menganalisis bagaimana obyek-obyek atau elemen-elemen komposisi tersusun menjadi satu kesatuan, bukan sibuk dengan apa saja elemen dan artinya satu persatu. Karena arti atau makna visual tidak kita tangkap dari satu per satu elemen melainkan dari bagaimana keseluruhan elemen-elemen itu tersusun. Mirip dengan saat kita mendengar lagu, kita tidak mengisolir satu-persatu instrumen musik untuk mempersepsi lagu melainkan mendengarkan keseluruhan komposisinya. Yang akan dianalisis kali ini adalah bagaimana struktur komposisional dari contoh-contoh karya berikut.

Komposisi simetris. Desain: Theofilus Kulit. Studio: DKV.

Pada contoh pertama ini, yang berada di sebelah kiri adalah sebuah komposisi iklan atau poster kampanye budaya. Yang akan dianalisa di sini adalah bagaimana struktur komposisionalnya seperti digambarkan dalam diagram di sebelah kanannya. Seperti dapat kita lihat, tema komposisi iklan atau poster ini adalah simetris, terlihat dari bagaimana di sebelah kanan digambarkan elemen-elemen tipografis (kotak abu-abu) dan piktorial (kotak oranye) tersusun pada garis tengah putus-putus sebagai sumbu atau aksisnya. Penataan simetris bertumpu pada sumbu tengah-tengah ruang komposisi ini menghasilkan kesan ‘monumental’ dan cenderung ‘statis,’ namun perancang di sini menambahkan sedikit dinamika dengan memiringkan tulisan #jendelabudaya. Statis di sini bukan sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri melainkan terkadang komunikasi visual memang memerlukan kesan tersebut. Dalam kasus iklan atau poster yang bertujuan meningkatkan kepedulian pada budaya tradisional Asmat yang kini semakin terpinggirkan dari perhatian karena tergerus apapun yang modern, komposisi simetris malah membuat elemen piktorial dan tipografis meyeruakkan kesan monumental, yang justru menarik perhatian kita. Selanjutnya adalah contoh analisa komposisi kedua.

Komposisi asimetris. Desain: Ardianti Nourindah dkk. Studio: DKV.

Berbeda dengan contoh sebelumnya, iklan dari kampanye budaya Unik itu Etnik berikut ini menempuh pendekatan komposisi asimetris, terlihat dari absennya sumbu yang berada di tengah-tengah sebagaimana digambarkan pada diagram di kanan. Yang nampak dalam komposisi ini adalah dua sumbu (garis hitam putus-putus) horizontal dan vertikal yang melengkung, membentuk kesan serba luwes dan dinamis. Dapat kita perhatikan bahwa dua sumbu tersebut berguna untuk menyusun dua jenis elemen, yakni yang vertikal-melengkung menyusun elemen tipografis dari headlines, subheadlines, teks dan logo-logo (kotak abu-abu) dari atas ke bawah, sementara yang horizontal-melengkung menyusun elemen piktorial (grafik hijau) yang terdiri grafik pola-pola organis (hijau sedang) dan foto figur perempuan (hijau gelap) serta latar kota (hijau lemon muda) dari kiri ke kanan. Persis banyaknya elemen-elemen tersebut tidak bergabung dalam kekacauan melainkan dalam suatu harmoni komposisional atas jasa dua sumbu garis lengkung tersebut.

Perancang yang baik tentu menyadari adanya faktor-faktor  komposisional yang bisa membentuk susunan dan arah atau gerak harmonis seperti dalam contoh di atas, layaknya komposer musik menyadari chord dan melodik harmony dalam berkarya. Jika tidak, barangkali hasil komposisional seperti di atas antara tercapai karena ‘untung-untungan,’ sekadar ‘meniru,’ atau malah tidak tercapai sama sekali. Meski di jaman kini kerap perhatian pada komposisi dalam desain dianggap isu yang sudah usang (peninggalan jaman formalisme seni), namun kiranya karya visual masih tetap bicara pada kita lewat struktur komposisionalnya, sebagaimana musik di jaman digital kinipun masih bicara pada kita lewat struktur komposisionalnya.Karena apa yang bisa kita dengar dan dapatkan dari struktur harmoni musik yang ‘amburadul’? Bahkan musik yang menyeramkan sekalipun memiliki struktur komposisional tertentu yang membuatnya terdengar menyeramkan. Dalam hal visual, kiranya masih berlaku juga tuntutan yang serupa.