Pameran Kolektif Seni Rupa, ” KillSkill” dengan tajuk ” Napas Lama”, 19 Maret – 17 April 2016 Roemah Seni Sarasvati, Bandung.

Pameran ini merupakan pameran kelompok yang menamakan dirinya KILLSKILL yang kedua, setelah sebelumnya sukses menggelar pameran perdana di Suar Art Space, Lebak Bulus, Jak-Sel pada September 2015 lampau.

Wahyudi Pratama - Dominatrix Series 1

Kelompok ini berasal dari satu institusi yang sama, yakni FSRD ITB, dan mengalami periode perkuliahan dari tahun 1994 sampai 2000 an awal.

Aris Darisman - Comfortably You Series

Setelah tahun lalu kembali berkumpul dalam kegiatan seni rupa yang telah diorganisir untuk akan selalu menggelar dalam konteks pameran seni rupa nasional. Pemberitaan mengenai mereka dimulai perlahan-lahan dari pameran individu yang terpisah, bahkan sebelum pameran killskill

Opening Speech - ki-ka Dodi Hilman, Bonifacius Djoko Santoso Yulian Dwi Ardhi Lambok Hutabarat Aris Darisman dan Wahyudi Pratama

#1 dan saat ini profil mereka mulai terpublikasi secara luas di media massa nasional dan sekarang pada kesempatan kedua ini, kelompok ini kembali mendapat sorotan khusus di Majalah Seni Rupa terkemuka di Indonesia dan media online terbesar di Indonesia.

pengunjung1

Setelah pameran di Suar Artspace, Jakarta Selatan pada September 2015 lalu, kini giliran Bandung menjadi lokasi pagelaran karya dari kelompok seniman KILLSKILL. ‘Napas Lama’ menjadi tajuk dari eksibisi lima seniman muda Tanah Air di Roemah Seni Sarasvati sampai 17 April mendatang.

Detail Karya Dodi Hilman

Dari personil yang terdiri dari 6 seniman ini, 3 diantaranya adalah dosen aktif dan tetap di School of Design Bina Nusantara, Yakni Aris Darisman dan Dodi Hilman yang mengajar di jurusan Animasi dan Wahyudi Pratama di Jurusan New Media. Disela-sela kesibukannya mengajar, mereka masih mendedikasikan diri sebagai seniman yang aktif berkarya dan berpameran di luar kesibukan mengajar. Sementara 3 rekannya yang lain adalah Bonifacius Djoko Santoso dan Yulian Dwi Ardhi adalah staf pengajar Seni dan Desain di kampus yang berbeda, dan Lambok Hutabarat sempat menjadi dosen DKV di SOD Binus di bidang Graphic Design, sebelum kembali menekuni profesinya sebagai Art Director di National Geographic Indonesia.

pengunjung2

“Bermula dari hasil diskusi berkali-kali, riset masing-masing seniman–sampai pada akhirnya bermuara pada pameran ke-2–kelompok Killskill melihat gagasan ide dan “kenikmatan” di masa itu dengan pengaruh dinamika sosial politik, ideologi, yang kembali dimunculkan sebagai amunisi berkarya, dalam wujud berbeda,” tutur Wahyudi Pratama mewakili rekan-rekannya, Selasa (29/3/2016).

Dalam kata pengantarnya, Wahyudi juga mengungkapkan bahwa para seniman yang berpameran akan menginterpretasikan konsep dan gagasan ‘Napas Lama’ sebagai interpretasi masa lalu dan berhubungan dengan budaya massa sekarang ini.

“Bagaimana pola sesat informasi yang berujung pada infomasi yang salah, karena ahistoris, gap generation problem bahkan sampai pertanyaan berulang mengenai eksistensi manusia sebagai mesin atau mesin adalah manusia. Itu semua merupakan napas lama yang kembali bisa dimodifikasi secara narasi,” ungkap Wahyudi.

Empat seniman lainnya yang berpartisipasi adalah Bonifacius Djoko Santoso, Dodi Hilman, Yulian Dwi Ardhi, Lambok Elvandri Hutabarat, dan Aris Darisman.

Seniman Aris Darisman menampilkan ‘Comfortably You’ (2016), Bonifacius Djoko Santoso memajang ‘Pembangunan Semesta [distorsi inti]’, ‘Pembangunan Semesta [konstruksi sistemik]’, ‘Pembangunan Semesta [injeksi massal]’ (2016). Sedangkan Dodi Hilman ‘The Allegory Series’

(2016), Lambok E. Hutabarat dengan ‘The Fog of War’-serial (2016).

Wahyudi Pratama menampilkan ‘Dominatrix Series’ (2016), dan Yulian Dwi Ardhi mengusung ‘Best Seller’-series (2016) dan ‘Djawa adalah Koentji’ (2016).

Karya-karya tersebut dapat disaksikan di Roemah Seni Sarasvati di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 137, Bandung.

Wahyudi Pratama