Korelasi Teori Lyotard dengan Keilmuan Desain Komunikasi Visual

Lyotard merupakan pemikir era postmodernis yang menunjukkan ketidakpercayaan terhadap meta narasi atau narasi besar. Selama ini, ilmu pengetahuan ilmiah atau sains, diklaim sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang valid. Namun sains tidak dapat melegitimasi klaim tersebut, ternyata aturan main sains bersifat inheren, serta hanya ditentukan oleh konsensus para ahli dalam lingkungan sains itu sendiri. Modus legitimasi narasi besar ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Lyotard melihat bahwa filsafat sebagai suatu pemaksaan kebenaran. Ia melawan Marxisme karena menganggap Marxisme  sebagai salah satu narasi besar. Ia menyarankan untuk kembali ke “pragmatika bahasa” ala Wittgenstein, yaitu mengakui bahwa masyarakat memang hidup dalam berbagai permainan bahasa yang sulit untuk saling berkomunikasi secara adil dan bebas. Bagi Lyotard, sains terbukti hanyalah salah satu permainan bahasa di antara banyak permainan, satu jenis pengetahuan di antara aneka pengetahuan lainnya. Ia menafsirkan pendapat Wittgenstein, yakni bahasa memang bukan suatu gejala tunggal, melainkan merupakan gejala historis, karakter dasarnya bersifat lokal dan spesifik. Tidak dapat menghakimi suatu permainan bahasa dengan ukuran bahasa lain.

Lyotard merumuskan bahwa postmodernis adalah era narasi kecil, sistem pemikiran plural, delegitimasi, intensifikasi dinamisme, serta upaya tak henti untuk mencari pembaharuan. Ia berpendapat bahwa narasi besar itu buruk, sedangkan narasi kecil itu baik. Narasi akan menjadi buruk bila berubah menjadi filsafat sejarah. Narasi besar diasosiasikan dengan program politik atau partai, sementara narasi kecil diasosiasikan dengan kreativitas lokal. Kunci dari narasi kecil adalah menciptakan ide-ide baru, tidak ada distingsi metode saintifik atau narasi saintifik, tidak ada narasi besar yang dihubungkan dengan sains, yang ada hanyalah rangkaian narasi kecil yang ikut menciptakan dan mengusahakan verifikasi ide-ide baru. Tidak ada konsensus besar, yang ada adalah sebuah konsensus atas rangkaian aturan permainan lokal dan pergerakan-pergerakan yang diciptakan dalam permainan lokal. Sains di era postmodernis adalah rangkaian permainan bahasa lokal dengan aturan-aturan heterogen yang mencari perbedaan pendapat, dengan tujuan menciptakan ide-ide baru, bukan mencari konsensus, melainkan mencari disensus.

Keilmuan Seni Rupa, khususnya pada Desain Komunikasi Visual telah mengalami perkembangan, tidak ada batasan-batasan ataupun aturan-aturan baku di dalam mendesain. Keilmuan ini menghargai adanya perbedaan pendapat melalui subjektivitas masing-masing individu. Desain sendiri merupakan kolaborasi dari berbagai keilmuan, misalnya teori tentang bentuk, dimensi, warna, huruf, illustrasi, fotografi, dll, dengan tujuan untuk menghasilkan karya dengan berbagai inovasi dan ide-ide baru. Pembahasan akan dikhususkan pada desain yang menggunakan elemen tipografi/font. Helvetica adalah font yang dikembangkan oleh dua desainer Swiss, Max Miedinger dan Eduard Hoffmann, pada tahun 1957. Helvetica banyak digunakan karena dianggap berfungsi dengan baik, bersifat universal, diasumsikan sebagai narasi besar. Font ini digunakan oleh semua desainer, misalnya pada logo, poster, sign, dll. Helvetica menginspirasi banyak desainer, bahkan tidak sedikit desainer yang terobsesi, fanatik, dan tergila-gila dengan font ini. Penggunaan font ini dianggap mampu menunjukkan budaya, motivasi dan tren pada masa itu. Desain hurufnya sesuai dengan konsep bahwa tipografi itu harus mudah keterbacaannya, komunikasi yang jelas merupakan tujuan utama dari tipografi.

Lyotard01

Seorang desainer bernama David Carson membuat gebrakan baru dalam eksperimen penggunaan tipografi. Ia terkenal karena desain majalah inovatif. Karya-karya yang dibuatnya didefinisikan dengan era “grunge” tipografi. Desain yang dibuatnya menampilkan distorsi atau campuran dari “vernacular” tipografi dan kesan retak, sehingga hampir tidak terbaca. Keberhasilan David Carson bukan karena desainnya yang memiliki bentuk atau fungsi, melainkan karena ia menciptakan desain inovatif yang belum pernah ada sebelumnya. Beberapa orang menganggap karya David Carson mampu untuk mengkomunikasikan perasaan, emosi dan tujuan desain, namun faktor keterbacaan dirasakan masih kurang  diutamakan. Karya David Carson inilah yang merupakan narasi kecil, hanya sebagian komunitas yang dapat mngimplementasikan “style” Carson. Karya yang dibuatnya menyebabkan pro-kontra, sebagian orang menganggap karyanya brilian, inovatif dan merupakan pembaharuan, namun sebagian orang lagi mempermasalahkan fungsi keterbacaan sebagai landasan komunikasi.

Lyotard02