Cultural studies

Lahir di tengah semangat Neo-Marxisme yang berupaya untuk meredefinisikan Marxisme, sebagai perlawanan terhadap dominasi dan hegemoni budaya tertentu.  Cultural studies berakar dari gagasan Karl Marx, yang mempunyai pandangan bahwa kapitalisme telah menciptakan kelompok elit kuasa untuk melakukan eksploitasi terhadap kelompok yang tidak berkuasa dan lemah. Pengaruh kontrol kelompok berkuasa terhadap yang lemah menjadikan kelompok yang lemah merasa tidak memiliki kontrol atas masa depan mereka. Para pendiri cultural studies memiliki latar belakang pendidikan Sastra, dapat ditilik dari perkembangan paham strukturalisme dalam kritik-kritik Sastra yang berkembang pesat di Eropa pada masa itu. Cultural Studies adalah studi kebudayaan atas praktek signifikasi representasi, dengan mengeksplorasi pembentukan makna pada beragam konteks.

Berikut ini adalah karakteristik cultural studies menurut Sardar dan Van Loon:

  • Cultural studies mengkaji berbagai kebudayaan dan praktek budaya serta kaitannya dengan kekuasaan. Tujuannya adalah mengungkapkan hubungan kekuasaan serta mengkaji bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi berbagai bentuk kebudayaan (sosial-politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum dan lain-lain).
  • Cultural studies tidak hanya merupakan studi tentang budaya yang merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya. Tujuannya adalah memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya dan menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya tersebut berasal.
  • Budaya dalam cultural studies menampilkan 2 (dua) fungsi, merupakan objek studi maupun lokasi tindakan dan kristisme politik. Cultural studies bertujuan baik sebagai usaha pragmatis maupun ideal.
  • Cultural studies berupaya untuk mendobrak pengkotak-kotakan pengetahuan konvensional, berupaya mendamaikan dan mengatasi perpecahan antara bentuk pengetahuan yang tidak tersirat (pengetahuan intuitif berdasarkan budaya lokal) dan yang objektif (universal). Cultural studies mengasumsikan suatu identitas dan kepentingan bersama antara yang mengetahui dengan yang diketahui, antara pengamat dengan yang diamati.
  • Cultural studies melibatkan diri dengan evaluasi moral masyarakat modern dengan garis radikal tindakan politik. Cultural studies bertujuan memahami dan mengubah struktur dominasi khususnya dalam masyarakat kapitalis industri.

Istilah budaya mencakup beberapa hal, mulai dari produk budaya, simbol budaya, perilaku budaya, gagasan serta sudut pandang yang mendasari perilaku tertentu (perspektif budaya). Teori cultural studies memiliki landasan bahwa manusia, komunikasi, masyarakat dan budaya saling berpengaruh satu sama lain, disebut dengan teori logika depedensi. Konsep cultural studies menurut Morison dapat dipahami dari beberapa aspek, yaitu:

  • Ideologi budaya

Budaya adalah kumpulan makna-makna, dan masyarakat adalah subjek yang menciptakan makna tersebut secara aktif dan terus menerus. Pemaknaan simbol-simbol tersebut selalu berbeda, maka terjadi perbedaan pemaknaan terhadap simbol atau perang budaya. Perbedaan terjadi ketika sebuah sistem budaya menginginkan pemaknaan “A” pada simbol “A” sementara budaya lain menginginkan makna “A” adalah “B”. Budaya yang berhasil menanamkan makna lebih dalam, menjadi budaya pemenang dan pengatur masyarakat. Ketika menjadi satu-satunya ideologi budaya yang menjadi sandaran masyarakat, maka terjadilah imperialisme kebudayaan.

  • Hegemoni kebudayaan

Hegemoni adalah konsep yang mewakili pengaruh, kekuasaan atau dominasi kelompok sosial tertentu atas kelompok lainnya. Hegemoni budaya berarti kontrol sebuah kelompok atas kelompok lainnya melalui budaya. Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa.

  • Struktur kekuasaan

Manusia merupakan bagian dari kekuasaan, dimana setiap orang merupakan bagian kekuasaan pada tingkat yang berbeda. Kompetisi dalam perebutan kekuasaan seringkali terjadi untuk menentukan makna. Pada umumnya yang menang adalah kelompok yang berada pada puncak hirarki sosial, yaitu media. Dalam hal ini, media menentukan apa makna dari berbagai simbol, masyarakat cenderung hanya menerima makna-makna tersebut.

  • Decoding informasi

Ketika pesan dikirimkan kepada masyarakat, maka khalayak akan menerima dan membandingkan pesan-pesan tersebut dengan makna sebelumnya yang telah disimpan dalam ingatan. Proses inilah yang disebut dengan decoding. Proses decoding mendapat perhatian dalam cultural studies karena menentukan arti pesan bagi seseorang

Cultural studies berupaya menganalisis praktek budaya guna membongkar praktek kuasa yang terkait dengan produksi makna. Dalam perkembangannya, cultural studies yang dibentuk sebagai disiplin kajian yang khas, memiliki karakter yang berbeda-beda pada setiap wilayah. Cultural studies Inggris merupakan asal mula terbentuknya cultural studies, dianggap sebagai disiplin yang sudah terlalu formal dan kaku, menuai berbagai kritik karena terlalu Anglosentris (mengukur segala sesuatu dari kacamata budaya Anglo-Saxon). Berbeda dengan cultural studies Amerika Serikat yang berpusat pada pemujaan terhadap budaya pop yang terlalu berlebihan. Cultural studies Perancis mengalami perkembangan yang sangat menarik di tengah pergolakan kelas dan revolusi sosial yang disebabkan oleh kedatangan para imigran. Cultural studies Perancis banyak membicarakan tentang “kesepian” kaum imigran di negara baru dan “kebingungan identitas” di tengah keberagaman Perancis yang menempatkan budayanya sebagai pusat budaya yang lebih superior. Cultural studies India mengangkat semangat perlawanan mengahadapi praktek kolonialisme maupun pascakolonialisme. Cultural studies Indonesia merupakan hasil asimilasi dari tradisi ilmiah yang sangat berbeda dengan keseharian Indonesia dengan mengacu pada kebudayaan negara asal, walaupun sebenarnya Indonesia mempunyai sumber-sumber budaya, sosial dan historis yang tidak kalah unik dibandingkan dengan negara lain.

Cultural studies merupakan model kajian budaya (termasuk sosial) yang berbeda dengan kajian budaya modern (konvensional). Cultural studies tidak dapat diteliti dan dipahami berdasarkan epistemologi modern, karena asumsi dasar kajian ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran posmodern. Karakter kajian budaya modern bersifat obyektif, universal, monokultural, dan beridentitas tunggal, sedangkan cultural studies memandang budaya bersifat plural, multikultural, kompleks, identitas terkonstruksi, dinamis, berbeda, interaktif, dan saling berpengaruh secara intens, karena perbedaan pandangan dunia dan permainan bahasa (language game). Kajian budaya menolak klaim para empirisis bahwa pengetahuan hanyalah masalah mengumpulkan fakta yang digunakan untuk mendeduksi atau menguji teori. Teori dipandang terlalu implisit dalam penelitian empiris melalui pemilihan topik, fokus riset dan konsep-konsep yang dipakai untuk mendiskusikan dan menafsirkannya. Kajian budaya ingin memainkan peran demistifikasi, untuk menunjukkan karakter terkonstruksi teks kebudayaan dan berbagai mitos dan ideologi yang tertanam di dalamnya, agar dapat melahirkan posisi-posisi subjek, yang mampu melawan sub-ordinasi.