10 Tahun Waktunya Di-“sunat”

Bagi sebagian orang tua yang punya anak laki-laki, 10 tahun rasanya usia yang pas untuk disunat. Tidak ketuaan, tapi juga tidak terlalu muda. Kalau SMP mungkin malah jadi ledekan teman-teman ceweknya. Tentu saja budaya ini terbentuk dengan latar belakang yang bermacam-macam.  Tapi alasan umum paling jamak, selain kepercayaan agama juga alasan kesehatan. Kesehatan ini berarti bicara organ vital yang memang berhubungan dengan masalah reproduksi. Untuk kelangsungan keturunan, yang berarti bicara masa depan.

Pertanyaannya, jika DKV Binus diibaratkan sebagai anak lelaki berusia sepuluh tahun, apakah sudah waktunya di-“sunat”?. Jika iya apa alasannya? Alasan “kesehatan”, atau alasan yang lain.
Well, mari melihat alasan yang lain. Selain kesehatan, ritual sunatan, kadang menjadi simbol kedewasaan seseorang (lelaki). Nah dari sisi ini kita lihat DKV Binus. Jika DKV Binus memang melangkah ke arah kedewasaan, “sunatan” macam apa yang pantas dilakukan?

read more

Mari kita baca arti “sunat” ini adalah ritual “pembersihan diri”. Melangkah sepuluh tahun, DKV Binus memang telah bersinar. Tetapi sinar macam apakah yang memancar itu? Yang bisa dilihat, justru sinar terang yang kita pancarkan rasanya terlalu jauh. Jika diibaratkan ini adalah kompetisi, maka “lawan” terjauh di luar kota pun risi melihat sinar kita. Bukan karena dianggap kita yang terbaik (terlalu sombong kalo kita menganggap diri seperti itu), tapi sinar kiprah dan kegiatan kita beberapa tahun kebelakang memang cukup kuat. Saking kuatnya, tetangga-tetangga terbaik kita kadang terlupa untuk ikut merasakan terangnya sinar. Mulai dari jurusan lain, kos-kosan mahasiswa, hingga warung-warung kuliner favorit seolah hanya menjadi tempat persinggahan sinar.

Merumuskan “pembersihan” diri dengan mengajak elemen-elemen pendukung di sekitar Binus, bukan hal yang mudah. Sebab dilema yang dihadapi berujung pada pilihan antara mengangkat sisi prestise DKV Binus dengan kegiatan nge-branding keluar kampus atau membangun kebersaman dengan elemen-elemen di sekitar (DKV) Binus telah yang ada. Nah, mumpung sekarang umur DKV Binus sudah sepuluh tahun, rasanya berterima kasih ke “tetangga” dekat adalah yang sangat wajar. Bentuknya bagaimana? Rasanya tak salah sekali waktu kita berbagi ilmu dan kebahagiaan dengan elemen-elemen di sekitar kita. Dari sekedar bagi-bagi kaos dengan desain unik untuk penjaja makanan, hingga “bagi-bagi” poster cara menggosok gigi yang benar untuk TK-TK sekitar Binus. Untuk contoh pemikiran seperti di atas, rasanya pembaca semua lebih jago merumuskannya.

Sepuluh tahun DKV Binus artinya masa depan yang tambah dewasa, rendah hati dan mengayomi…

Tunjung Riyadi (Atoen)
Dosen dan Praktisi DKV